Minggu, 28 Februari 2010

Pemadaman bergilir: Orang Tua Khawatir Gagal UN


Fikri Akbar

Sebuah pameo yang mengatakan bahwa sukses pendidikan adalah kerjasama berbagai pihak. Namun kinerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam 10 tahun belakangan ini tampak mengecewakan, masyarakat mengeluhkan dengan diberlakukannya jam pemadaman bergilir di beberapa wilayah di Kota Pontianak dan sekitarnya. Hal ini pula yang menjadi salah satu kekhawatiran para orangtua yang anaknya sedang duduk di kelas 3, terutama dengan jam belajar anak dalam rangka persiapan menghadapi Ujian Nasional Mendatang.

Kekhawatiran itu sangat beralasan dengan tanggal pelaksanaan Ujian Nasional yang semakin di ambang. Karena lulus tidaknya UN 2010 mendatang ditentukan oleh kesiapan siswanya dengan jam belajar yang intensif. Dalam hal ini tentunya pusat perhatian para orangtua pada kelulusan anaknya.

Pemadaman yang dirasa “tak menentu” ini sangat mengganggu konsentrasi siswa untuk belajar, ditambah lagi dengan jam mati lampu yang panjang mulai jam 5 sore sampai jam 11 malam. Hal ini menyebabkan siswa menjadi mengantuk, karena tidak melakukan apa-apa. Selain itu, tak jarang beberapa siswa yang belajar menggunakan lilin dengan cahaya seadanya.

“Kalo cam ini teros, payahlah budak-budak ni nak belajar?, mao tak maoklah pake lilen!” ungkap ibu Murni warga Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo, kelurahan Sei Jawi Dalam dengan geram.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Atikah, seorang siswi murid kelas 3 SMPN 12 di Jl. Tabrani Ahmad, Gg Lawu. Dirinya mengaku kesulitan belajar dengan adanya pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN. “Kalo dah memang mati lampu, ye pake lilenlah belajarnye” Ungkapnya lesu.

Masyarakat sangat mengaharapkan agar pemerintah cekatan menanggapi hal ini dengan serius. Melakukan tindakan-tindakan konkrit pada kinerja PLN, karena jika kondisi seperti ini dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin hal ini akan berdampak domino bagi kebutuhan masyarakan akan listrik.

Kerjasama GO Peduli UN

Oleh: Fikri Akbar

Sebuah badan usaha yang berorientasi pada pendidikan, Ganesha Operation (GO) di Jl. Putri Candramidi telah memberikan seminar gratis, bimbel dan Try Out UN 2010 kepada 2300 siswa kelas 8 SMP, dan kelas 11 SMA/SMK yang berada di Kotamadya Pontianak. Program ini dilaksanakan 2 kali setahun pada semester pertama di Auditorium Untan Jl. Ahmad Yani dan di Pontianak Convention Center (PCC).

Selain promosi GO kepada masyarakat, seminar ini merupakan upaya pengenalan dini (gambaran) siswa tentang tes-tes dalam UN 2010. Seminar berupa bimbingan belajar ini dianggap perlu untuk diadakan agar memudahkan para siswa dalam hal teknik belajar tepat dan cepat. Materi-materi yang disampaikan tetap tidak keluar dari 6 mata pelajaran IPA IPS yang akan diujikan.

“Dengan memberikan teknik-teknik pembelajaran seperti ini, penting untuk membantu memudahkan siswa dalam pengerjaan soal nantinya,” ungkap Charles Ricardo selaku Kepala Cabang Ganesha Operation Pontianak-Singkawang.

Disamping itu, GO cabang Bandung ini, juga melakukan kerjasama kepada beberapa pihak sekolah dalam rangka mengahadapi Ujian Nasional (22/10) maret mendatang dengan menyiapkan soal-soal Try Out (TO). Hal ini gencar dilakukan dengan tujuan siswa-siswi Kalbar memiliki tingkat kelulusan yang luar biasa.

“Pokoknya kita mau target 100% untuk tahun ini,” lanjut Charles.

Tentang teknis pelaksanaa TO, dijadwalkan dari masing-masing sekolah yang bersangkutan. Pihak GO hanya memfasilitasi Lembar Jawaban Komputer (LJK) Try Out UN, sedangkan dari pengawasan sendiri dilakukan oleh sekolah. Untuk itu, setiap siswa diwajibkan membayar Rp.3000 – 5000 per-6 mata pelajaran TO IPA IPS.

“Kami hanya menerima LJK-nya untuk kami proses ke pusat (Bandung), dan hasilnya akan kami serahkan kembali ke sekolah masing-masing” terang Arif Riadi, Kepala Bagian Marketting.

Kerjasama ini pula, menurut Arif untuk membantu memudahkan tugas sekolah untuk menaikkan mutu belajar siswa dalam menghadapi UN mendatang, hal ini tentu diupayakan dengan standarisasi nilai yang diberikan dengan 4,25 permata pelajaran dan rata-rata 5,5 untuk nilai kelulusan. “untuk itu, GO siap memfasilitasi ini,” ungkap Arif.

Hal senada diungkapkan oleh Muzakir Dolmanan, Kepala Sekolah SMA Sultan Syarif Abdurrahman bahwa, pihaknya sangat terbantukan dengan program-program yang diberikan oleh GO.

“Ini sangat membantu kami, terutama kepada siswa/i yang sedang menghadapi UN” Pungkas Dolmanan.

Sabtu, 27 Februari 2010

Cermin Ajaib


Oleh:Fikri Akbar

Pada suatu hari seorang dungu terheran-heran melihat suatu benda bercahaya, kilauan itu menggelitik hasratnya untuk segera cari tahu. Pada awalnya dia bingung benda apa yang begitu menyilauakan dari kejauhan – setelah didekatinya ternyata hanya sebuah potongan cermin pecah, dalam hatinya ia berkata “Ooh.. ini toh yang membuat silau mataku”, dipandanginya lekat-lekat cermin kusam itu, kemudian berkata “Pantas saja foto ini dibuang, gambarnya saja jelek”.

Dunia ini dipenuhi banyak cermin sehingga banyak sekali yang harus kita pandangi, kita tidak pernah tahu diri kita cantik, baik, menawan dan – atau apalah itu namanya – jika bukan cermin yang menginformasikan kepada kita, dan kita tidak pula mendiktum bahwa kita telah menang, jika cermin bangsa ini buram tak terlihat.

Begitupun dengan cermin sejarah yang tak henti-hentina memberikan kita harga sebuah kesuksesan tak mesti dibarengi dengan darah dan air mata jika satu diantara kita tidak curang dalam hidup. Kebebasan berbuat yang diberikan membuat kita tidak sempat bercermin dengan wajah-wajah melankolis ditepian pantai lumpur Lapindo.

Kita ketahui hukum kebebasan dengan aksioma “kebebasan dibatasi oleh kebebasan itu sendiri”. Kita bebas berteriak kapan saja dan dimana saja selama kita masih memiliki sedikit sisa suara. Begitupun juga orang lain memiliki kebebasan dengan atau untuk tidak mendengarkan suara jelek kita.

Dengan adanya cermin kehidupan, kita akan optimis dalam melagkah tanpa harus surut kebelakang. Dari kecil hingga dewasa kita telah belajar untuk menjadikan pengalaman sesuatu yang berharga. Inilah yang menurut definisi Behaviorisme hal belajar, “Belajar ialah hal perubahan dalam perbuatan atau dalam melakukan sesuatu yang berhubungan dengan beberapa pengalaman. Jika tidak ada perubahan dalam pelaksanaan atau cara melakukan itu yang dapat dilihat atau diamati, maka tidak ada hal belajar yang terjadi.

Permasalahannya bukan pada cermin kusam, hingga kita harus membuang ataupun memecahkannya tapi bagaimana kita melihat kedalam cermin tersebut. Mata ini harus belajar untuk dewasa, mau belajar menghargai orang lain, menerima kemampuan orang lain dengan hati terbuka dan lapang dada. Kita menjadi cermin bagi orang lain dan begitu pun sebaliknya.

Ketika kita tahu bahwa sedikit sekali orang yang menyimpan cermin di dalam hati dan pikirannya. Pada saat yang bersamaan pula orang akan kehilangan hampir sepenuhnya kebahagiaan hidupnya. Bahkan beberapa orang diantara kita tidak lagi memiliki rasa malu untuk melakukan tindakan memalukan yang dianggap sebagai suatu ekspresi kebenaran diri. Menutupi kekurangan dengan kekurangan, menutupi keburukan dengan keburukan, menutupi kejahatan dengan kejahatan, menutupi kebohongan dengan penghianatan yang menjijikan.

Hal di atas menjadi “seksi” lagi ketika kekuasaan menjadi pendukung dan pelindung, mengambil jalan pintas bagi setiap permasalahan pelik. Mengeruk, memeras, aniaya, ekploitasi gila, konflik kepentingan dibalik wajah kebebasan berdemokrasi menjadi kian lumrah. Dan hanya orang-orang yang memakai topeng yang tidak bisa melihat wajah aslinya di dalam cermin.

Demikian golongan putih memandang perubahan dan perombakan besar yang dijanjikan tidak membuahkan apa-apa, bahkan lebih liar dari sebuah penataan ulang demokrasi di Prancis. Iklim demokrasi sepatutnya menjadikan kursi lebih kecil daripada meja. Porsi pemerintah lebih kecil dan lebih banyak kepada “menghidangkan” kebijakan-kebijakan yang lebih bemoral bagi masyarakat rakyat. Mengeliminir kepentingan-kepentingan yang bepihak, sehingga kedepan tidak ada lagi papan catur kokoh terbuat dari kayu jati menghuni meja setebal empat inci, tapi menggantinya dengan lebih banyak lagi cermin untuk selalu menghiasi diri dengan kebaikan dan rasa malu, untuk melakukan hal-hal yang lebih pantas.

Pertanyaan Besar Dua Agama Dunia


Oleh: Fikri Akbar

Agama Hindu;
Agama Hindu, yang dipercayai merupakan agama tertua di dunia, sangatlah tidak masuk akal, karena beragam sejarah-sejarah agama telah menginformasikan kepada kita bahwa kepercayaan tertua adalah monoteisme (kepercayaan pada satu Tuhan). Sedangkan agama Hindu mempercayai adanya banyak dewa-dewa yang menguasai jagad raya.
Pada awalnya manusia mempercayai kepada Tuhan yang satu dan absolut. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu, keabsolutan Tuhan terlalu transenden (jauh) untuk dicapai oleh manusia. Sehingga pada akhirnya manusia menciptakan “tuhan-tuhan baru” yang lebih dekat.
Fenomena Paganisme (polyteis) ini timbul karena reaksi dan sekaligus merupakan tindakan nekad yang juga dianut oleh suku-suku pribumi di Afrika. Mereka yang pada awalnya begitu taat, setiap harinya menyembah kepada Tuhan, merindukannya serta menyampaikan kegelisahannya kepada Tuhan. – Merasa jenuh, karena yang dirindukan tak pernah jua datang, tak pernah hadir pada hari-hari mereka. Berpikir Tuhan terlalu jauh untuk disembah, terlalu agung untuk disentuh, terlalu suci untuk bertandang ke bumi – kemudian menggantikannya dengan tuhan-tuhan yang lebih dekat, lebih rendah agar mudah dijangkau.
Kasta pada agama Hindu yang pada mulanya hanya merupakan tingkat, atau lebih kepada penggolongan manusia, seperti halnya dalam agama samawi (Islam) yang menggolongkan dari tingkat awam sampai kepada tingkat hakikat. Namun perbedaan ini kian meruncing tatkala penggolongan ini diartikan secara fundamental. Hingga kasta Sudra tidak boleh menikah kepada kasta yang lebih tinggi (Brahma).
Dikotomi yang terlalu diartikan secara radikal dan ekstrim, sehingga membuahkan pertentangan-pertentangan kepada fitrah manusia itu sendiri. Walaupun kita ketahui semua agama memiliki ‘potensi’ yang sama. Namun, jika hal ini terus berlanjut sampai kepada taraf diskriminasi dan penindasan terhadap mereka yang lemah (statusnya) – maka kemarahan dan kekecewaan yang terpendam sejak lama serta ketidak puasan terhadap perlakuaan agama, yang akan menjadikan suatu pemberontakan maha besar, dan sulit untuk dilupakan oleh sejarah.
Seperti pada agama Hindu sendiri misalnya. Gerakan purifikasi ajaran agama yang dipimpin oleh Raja Ram Mohan Roy yang sekaligus juga merupakan gerakan pembebasan dari praktik-praktik sosial yang tidak humanis, seperti tradisi Sati, yaitu janda-janda membakar diri di pancaka suami mereka yang meninggal. (Eka Hendry, Monopoli Tafsir Kebenaran, 2003, hlm 34).

Agama Budha;
Agama yang dibawa oleh Ghautama Budha ini menjelaskan tentang bagaimana menjalani hidup dengan baik. Tuhan agama yang tidak berbentuk personal (alam semesta) mengindikasikan ketidak jelasan teologis bagi agama Budha itu sendiri. Sepakat atau tidak, mengetahui Tuhan adalah merupakan begining step dalam beragama, apalah artinya sebuah negara yang tidak jelas siapa presidennya. Membingungkan bagi rakyatnya untuk, dan kepada siapa dia mengabdi, mengadu, menaruh kepercayaan, kebijaksanaan, dsb.
Keberadaan Tuhan merupakan peletak dasar dan utama dari terwujudnya suatu agama atau kepercayaan. Jika Budha percaya pada alam semesta, berarti sama ada percaya kepada kekuatan alam itu sendiri, dan kepercayaan bahwa alam itu digerakkan dengan kekuatan oleh yang Maha Kuat. Dengan demikian sesungguhnya agama Budha telah memiliki Tuhan secara personal, seperti yang dilakukan oleh kepercayaan kuno – karena Tuhan terlalu tinggi untuk di jangkau, mereka mengasumsikannya dengan Tuhan langit, terlalu besar untuk dipeluk, terlalu suci untuk disentuh, terlalu maha, dan maha segala-galanya sehingga tidak ada lagi asumsi yang paling konkret selain jagad raya atau alam semesta ini.
Reinkarnasi (penjelmaan / penitisan kembali) bagi umat Budha, membuktikan tidak adanya pula hari pembalasan, tidak mengenal pedihnya siksaan bagi sang pendosa, maupun merasakan kenikmatan surgawi bagi mereka yang setia pada Tuhanya.
Dipercayai dalam Budha sendiri, barang siapa yang berbuat kebajikan maka pada kehidupan mendatang, ia akan diberikan kesuksesan, kesenangan sebagai balasan bagi kebajikannya. Dan sebaliknya bagi mereka yang menentang, diberikan kesengsaraan, penderitaan maupun kesukaran – bahkan sampai kepada taraf perubahan bentuk (dari manusia menjadi hewan) seperti; anjing, babi, kodok dsb.
Untuk melakukan hal besar tersebut (reinkarnasi), setidaknya membutuhkan sebuah “tangan” yang tidak hanya maha mampu, tapi juga maha bijaksana (hakim) untuk menentukan benar dan salah bagi seorang Budha. Karena proses alamiah tidak kuasa melakukannya. Ataukah seorang Budha hanya ‘dipaksa’ pada pemahaman agama yang rigid, atau tidakkah seorang Budha diperkenankan untuk bertanya siapa sesungguhnya yang berada dibalik semua ini, atau siapa yang telah menciptakan alam semesta berikut hukum-hukum yang mengikatnya (Abidarma Pitaka). Ataukah agama hanya sekedar hasil budaya, dengan sebuah tujuan akhir yang membingungkan.

Wallahu a’lam bissawab.

Jumat, 26 Februari 2010

SMAN 03 Siapkan Mental Hadapi UN


Oleh: Fikri Akbar

Dalam rangka melaksanakan Ujian Nasional yang tertuang pada Peraturan Mentri (Permen) nomor 75 tahun 2009 pasal 5 ayat 1 dan 2 terkait tentang pelaksanaan UN pada minggu ketiga Maret 2010, Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (SMAN) 03 kelas 12 di Jalan Letjen Soeprapto Pontianak mengaku siap materi dan mental untuk menghadapi UN yang jatuh pada tanggal 22 Maret mendatang.

Menurut Herni Yamashita selaku kepala sekolah SMAN 03, dalam membangun kesiapan mental siswa pihaknya terlebih akan memberikan kesiapan materi didik terlebih dahulu, karena menurutnya dengan mempersiapkan materi-materi pembelajaran UN, secara otomatis akan berimplikasi kepada siswa dalam membangun rasa kepercayaan diri mereka. Untuk itu pula siswa-siswi yang akan mengikuti UN mendatang, pihak sekolah telah memberikan fasilitas seminar dan pelatihan khusus tentang bagaimana cara menghitung cepat.

Menurut data yang diperoleh Borneo Tribun melalui Badan Agreditasi Provinsi Sekolah Madrasah (BAPSM) Dinas Pendidikan Provinsi, SMAN 03 yang memiliki jumlah siswa 199 dengan 20 kelas ini teragreditasi A dan memiliki tingkat kelulusan 100% di tahun 2008 dan 2009. “Hal ini tidak terlepas dari pihak sekolah besama guru bidang studi yang sangat proaktif dalam mensukseskan Ujian Nasional mendatang”, ungkap Herni.

Hal ini pula yang diungkapkan Wigati Puji Astuti selaku Wakil Kepala sekolah yang membidangi bagian kurikulum. “Jauh-jauh hari kami telah sosialisasi kepada siswa kelas 12 mengenai UN ini sejak awal pertama masuk semester”

Ditambahkan pula untuk menopang kesiapan materi siswa pihaknya menambah frekwensi belajar siswa dengan program Bimbingan Belajar rutin (bimbel) sejak bulan September 2009 lalu dan terus hingga awal minggu pertama bulan Maret mendatang dengan 4 kali (Bimbel) dalam seminggu (Senin-Kamis). Karena berdasarkan tingkat kelulusan 2010 yang telah ditetapkan, siswa tidak boleh memiliki nilai dibawah 4, dan mesti memiliki nilai rata-rata 5,5 dan untuk pelajaran lain dengan nilai rata-rata 4,5. “Kami juga sosialisasikan ini kepada orangtua murid” lanjut Wigati.

dan Try Out (TO) kontinyu yang pertama diadakan pada tanggal 11-13 Januari, TO ke-2 diadakan pada tanggal 1-3 Februari dan untuk TO-3 dilakukan pada 22-24 Februari. “Kami mendapatkan peningkatan yang signifikan dengan diadakannya dari Try Out 1 dan 2, lebih dari 60% siswa dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik dan cepat”. Pihak guru juga memberikan program remedial atau perbaikan bagi anak yang belum mencapai ketuntasan TO dari jam 07.00-08.00 WIB setiap hari Sabtu.

Muhammad Arifin, siswa kelas 12 IPS 2 (17) mengaku telah mempersiapkan diri dengan program Bimbingan Belajar (bimbel) diluar jam sekolah sebagai upaya lebih menguatkan materi dan mentalnya untuk UN 2010. Kursus dilaksanakan mulai jam 19.00-20.30 WIB. Dengan waktu belajar yang maksimal, dirinya mengaku sangat optimis dengan soal-soal yang akan diujikan nanti.

Ketika Borneo menanyakan kesiapan mentalnya, Arifin mengakui pada jam-jam yang tersisa dirinya lebih banyak bersantai dengan teman-temannya. “Kalo mikirin UN terus ntar yang malah makin stress”. Ujar Arifin yang juga sebagai divisi pengkaderan Rohani Islam (Rohis) SMAN 03 ini.

Diknas: UN Bukan Hantu


Oleh: Fikri akbar

Hal inilah yang diungkapkan oleh kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat Alexius Akim menyoroti persoalan gagal Ujian Nasional yang kerap melanda siswa/siswi di Kalimantan Barat. Beliau menyatakan Ujian Nasional seharusnya dihadapi dengan baik dan persiapan yang matang, bukan malah menjadi momok yang menakutkan.

Akim menyatakan kendala yang sering muncul ketika moment-moment menjelang Ujian Nasional adalah kesiapan dari para siswa yang kurang memadai. Hal ini tentu dapat membahayakan siswa dalam menjawab setiap pertanyaan yang akan diujikan. “Jauh-jauh hari kami sudah sering bilang kepada siswa/i agar siap dan terus meningkatkan pengetahunnya dengan jam belajar yang maksimal”, kata Akim.

Lebih lanjut beliau mengatakan, untuk menghadapi Ujian Nasional hendaknya siswa dapat mempersiapkan materi dan mental. Dan menghimbau kepada orang-tua murid supaya jam belajar siswa hendaklah diperhatikan. Siswa sebaiknya jangan dibebani dengan pekerjaan tambahan di rumah (dulu). Dengan memberikan keluwesan tersebut diharapkan pesert ujian dapat fokus dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Yang kedua, adalah kesiapan mental yang tak kalah jauh pentingnya. Seorang siswa harus PD (percaya diri) dalam menghadapi momen UN, kesiapan mental menjadi penting agar siswa tidak menganggap UN menjadi sesuatu yang menakutkan, hal ini yang kerap membuat siswa stres sebelum menghadapi ujian dan menjadi depresi jika gagal

Disamping itu Akim juga berpesan kepada semua murid yang akan mengikuti Ujian Nasional nanti agar tidak mudah percaya dengan bocoran-bocoran kunci jawaban soal yang dikirim via sort message service (SMS). Karena hal tersebut berupa penipuan dan menyesatkan, serta mengajarkan siswa untuk malas belajar.

MPR RI: Sosialisai UUD 45 lewat Cerdas Cermat SLTA


Oleh: Fikri Akbar

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi daerah mengadakan lomba Cerdas Cermat untuk tingkat Provinsi. Peserta diikuti dari 18 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang berada di kabupaten dan kota Kalimantan Barat di gedung Zamrud Khatulistiwa(22/10) Jalan Ahmad Yani Pontianak.

Luqman Hakim Syaifuddin selaku wakil ketua MPR RI mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Provinsi Kalimanatan Barat yang sudah turut bekerjasama dalam hal mensosialisasikan Undang-undang Dasar 1945 kepada peserta didik SLTA. Ini merupakan sosialisasi kali ke-3 semenjak tahun 2007 yang dilaksanakan dalam bentuk lomba Cerdas Cermat.

“Hal ini merupakan metoda MPR RI untuk mensosialisasikan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 secara massif (menyeluruh)” ungkap Lukman.

Achmad Basarah selaku Anggota Komisi I MPR RI menyatakan, melalui Cerdas Cermat dapat sekaligus mengajarkan kepada siswa didik berkenaan dengan pembelajaran politik positif. Beliau menekankan, agar siswa lebih memahami berbagai perubahan undang-undang dan memahami peraturan atau proses hukum. Dengan ini tentunya anak didik dipacu untuk tahu mengenai amandemen UUD 1945, mengajarkan nilai-nilai Pancasila serta sadar berkonstitusi.

Basarah menambahkan, hal ini merupakan langkah untuk penyelamatan anak bangsa dan menjadi upaya MPR RI untuk membentuk caracter building dan civil education siswa, serta menumbuhkembangkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme, agar kedepannya anak didik sebagai tunas bangsa memiliki bintang penuntun serta memiliki pijakan yang kuat dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

“Kita tetap concern pada sosialisasi dan merevitalisasi pada upaya pembentukan insan-insan nasionalis dengan pembelajaran politik positif, agar lebih mencintai tanah air dan budayanya” Ungkap Basarah yang juga selaku Ketua Fraksi PDIP ini.

Hal sama ini pula yang di utarakan oleh M. Rizal selaku Kepala biro Humas Sekretarian Jendral MPR RI, langkah sosialisasi dapat berjalan baik dengan adanya kerjasama dan memerlukan keterlibatan banyak pihak untuk sukses menggalakkan sosialisasi UUD 1945 dengan menanamkan 4 pilar utama kepada anak didik; Pancasila, UUD, NKRI dan Kebinekaan.

Kamis, 25 Februari 2010

Dompet Umat: Bea-50 -Siswa Sampai Tamat


Oleh: Fikri Akbar

Dompet Ummat (DU) Kalbar kembali melakukan penjaringan biaya pendidikan siswa melalui program Bea Studi Mandiri (BSM) yang rutin dilaksanakan tiap tahun sejak 2007 lalu. Program BSM ini adalah program khusus untuk pelajar kelas 2 tingkat atas (SMA/Aliyah/SMK) yang berada di Kotamadya Pontianak.

“BSM diberikan kepada siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan intlektual namun dari segi finansial mereka tidak mampu (dhuafa)”. Ungkap Yusuf selaku Sekretaris Corporate lembaga DU.

Dana yang diperoleh untuk program kegiatan tahunana ini terkumpul dari hasil kerjasama Orang Tua Asuh (OTA)/ Donatur dan Lembaga Amil Zakat Dompet Ummat Kalbar. Bantuan diberikan berupa uang tunai sebesar Rp. 100.000 permasing-masing siswa dengan potongang Rp. 25.000 untuk biaya pembinaan. BSM akan terus siswa dapatkan sampai mereka tamat.

“Disamping memberikan bantuan berupa beasiswa, DU juga akan melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah berupa seminar maupun diklat” ungkap Yusuf ketika Borneo Tribune mengkonfirmasikan tentang potongan 25% itu. Ketentuan bantuan tidak mutlak, setiap siswa berhak mendapatkan biaya tambahan tergantung kebutuhan, mengingat biaya SPP tiap sekolah bervariatif.

Untuk mendapatkan fasilitas ini, setiap siswa diharuskan mengikuti tes tertulis dan wawancara (19-20 Feb) disamping melengkapi persyaratan dan tahap yang telah ditentukan oleh panitia DU, diantranya siswa harus melengkapi adminitrasi yang meliputi, menyerahkan fotokopy rekening listrik 3 bulan terakhir, memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu dari RT dan Surat Keterangan Tidak Mampu dari pengurus masjid setempat.

Setelah lolos pada tahap administrasi dan seleksi pertama dan kedua, DU bersama tim relawan akan melakukan survei kelayakan (penerima BSM) dengan cara datang ke rumah masing-masing siswa. Hal ini penting, disamping agar DU dapat memiliki data yang akurat serta BSM yang diberikan tepat sasaran.

Yanti Huzaimah selaku kooordinator lapangan (korlap) survei menyatakan indikator-indikator penilaian yang ditetapkan DU dari survei yang dilakukan meliputi bangung fisik (rumah) bagi calon penerima BSM, pekerjaan dan pendapatan orang tua murid serta minat siswa untuk sekolah yang dinilai dari hasil raport.

Program BSM sangat menarik antusiasme siswa, hal terlihat pada tahapan pertama (saja) siswa yang mendaftar mencapai 76 orang dari berbagai sekolah. Namun setelah melalui beberapa tahapan seleksi terjaringlah 50 siswa yang dianggap berhak menerima BSM.

SMAN Sintang Juara I Cerdas Cermat Provinsi

Oleh: Fikri Akbar

Sekolah Menengah Atas Negeri Sintang (SMAN) 03 berhasil menyabet juara satu dengan perolehan skor 95, mengalahkan dua pesaingnya pada putaran final yang berasal dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kotamadya Pontianak dengan jumlah skor 80 dan Sekolah Menengah Atas (SMAN) 1 Kotamadya Singkawang dengan nilai 70. Acara berlangsung di gedung Zamrud Khatulistiwa (22/10) jalan Ahmad Yani Pontianak.

Muhammad Rizal selaku koordinator acara lomba sekaligus juri lomba menyatakan, dalam perlombaan cerdas cermat “Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” terdapat tiga hal yang menjadi penilaian bagi juri. Pertama adalah tematik, yaitu bagaimana siswa dapat dan mampu menjelaskan pertanyaan yang diajukan, dengan cepat dan tepat dengan tambahan skor nilai 0-25. Yang kedua adalah pertanyaan pilihan dengan tambahan nilai 10, dan yang ketiga adalah pertanyaan rebutan dengan tambahan skor 10 jika benar, dan dikurangi 5 jika salah.

Bagi para juara diberikan piala, sertifikat dan plakat dari panitia penyelenggara. Sedangkan hadiah yang diberikan dari Dinas Pendidikan Provinsi adalah uang tunai Rp. 4 juta bagi juara pertama, Rp. 3,5 juta bagi pemenang kedua, dan pemenang ketiga sebesar Rp. 3 juta. Dan bagi pemenang-pemenang harapan masing-masing mendapatkan Rp. 1.5 juta.

Lomba cerdas cermat hasil kerjasama Majelis Pemusyawarat Republik Indonesia (MPR RI) dan pemerintah provinsi melalui Dinas Pendidikan provinsi Kalbar di gedung Zamrud Khatulistiwa jalan Ahmad Yani Pontianak adalah dalam rangka sosialisasi UUD 1945. Lomba ini diikuti oleh peserta yang berasal dari 18 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTA) dari berbagai Kabupaten dan Kotamadya. Masing-masing utusan berjumlah 10 orang.

Cristiandy Sanjaya, Wakil Gubernur kalimantan menyatakan tentang tujuan diadakannya lomba cerdas cermat UUD 1945 Negara RI bukanlah semata-mata untuk menang, tapi lebih dari itu Cristiandy mengharapkan agar anak-anak sebagai estafet bangsa ini tahu dan mengerti tentang amandemen undang-undang, agar supaya hal ini dapat diterapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. “Yang tidak juara bukan berarti yang tidak mengerti, tapi memang ada yang harus menang”. Ungkapnya.

Dan follow-up dari diadakannya lomba cerdas cermat ini akan dilanjutkan kepada lomba cerdas cermat tingkat Nasional, dan nantinya Sekolah Menengah Atas Negeri Sintang (SMAN) 03 merupakan perwakilan dari daerah Kalimantan barat.

Rabu, 24 Februari 2010

Akreditasi "Gengsi" Mutu Sekolah

Oleh: Fikri Akbar


Berdasarkan Undang-undang “induk” mengenai perlunya akreditasi dilaksanakan kepada pihak sekolah, tertuang pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, PP No. 19 tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan nasional. Namun ironinya, menurut hasil data keseluruhan SD, SMP, SMA yang dilakukan Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAPSM) pada tahun 2005-2009 di daerah Provinsi Kalbar, hanya 5% dari sekolah-sekolah yang terakreditasi dengan nilai A. Selanjutnya terakreditasi B 27%, dan 42% untuk sekolah-sekolah dengan nilai akreditasi C.

Menurut Abdul Komar selaku sekretariat BAPSM Kalimanatan Barat menyatakan sejak terbentuknya (BAPSM) tahun 2007 ini lebih ditekankan kepada tujuan untuk peningkatan mutu sekolah-sekolah yang berada di Provinsi, kabupaten dan Kotamadya. Karena menurutnya, hal ini juga bisa berdampak kepada “nilai jual” sekolah itu sendiri. Dengan tingkat akreditasi rendah orang tua murid akan enggan memasukkan anaknya kepada sekolah yang kurang bermutu. Dan sebaliknya kepada sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi baik (A) akan menjadi rebutan dan menjadi sekolah pavorit bagi siswa.

Komar menyatakan tingkat penilaian rendah kerap terjadi, karena beberapa poin indikator fisik dan non fisik yang kurang dipahami dan dijalankan dari pihak sekolah, disamping mutu dan penyebaran guru yang tidak merata, siswa yang kurang (banyak). Dan juga fasilitas belajar yang dimiliki, praktek, perpustakaan dan guru perpustakaan, serta minimnya fasilitas olahraga dan lapangan.

Terdapat 8 item indikator standar BAPSM untuk penilaian akreditasi yang diberikan, yaitu Standar Isi yang meliputi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kemudian Stantar Proses tentang pengembangan silabus dengan memiliki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dijabarkan lewat silabus kepada siswa. Kemudian Standar Kelulusan dari setiap tahunnya.

Disamping itu, yang sering menjadi keprihatinan kita adalah Standar tenaga pendidik dan kependidikan, dalam artian guru mesti memiliki kualifikasi akademik (minimal) S1 dengan bobot 76%, kemudia Standar Sarana dan Prasarana dengan indikasi ketentuan lahan ideal untuk pembangunan sekolah atau madrasah minimal 2 hektar atau 76% dari itu, dan aman dari bahaya. Bangunan sekolah tidak dibenarkan berdiri didekat pabrik-pabrik kimia yang bisa membahayan guru dan anak didik. Kemudian Standar Pengelolaan dari pihak sekolah dengan telahnya dirumuskan dan menetapkan visi misi lembaga dan mensosialisasikannya setidaknya 1 bulan sekali.

Dari segi administrasi, standar yang diberikan oleh BAPSM adalah Standar Pembiayaan, bahwa setiap sekolah mesti memiliki catatan tahunan berupa dokumen nilai aset (fasilitas) memadai yang dimiliki dari sekolah, pembelanjaan dan pembangunan. Dan yang terakhir adalah Standar Penilaian dengan indikasi guru mestilah menginformasikan silabus yang dilengkapi dengan indikator-indikator pencapaian. Guru menggunakan teknik penilaian beragam berupa tes, pengamatan, penugasan kepada siswa.

“Jika kedelapan hal ini bisa terlaksana dengan baik, minimal mencapai persentase 76%, maka sekolah tersebut berhak mendapatkan akreditasi dengan tingkat kelulusan A.” Imbuhnya.

Minggu, 28 Februari 2010

Pemadaman bergilir: Orang Tua Khawatir Gagal UN


Fikri Akbar

Sebuah pameo yang mengatakan bahwa sukses pendidikan adalah kerjasama berbagai pihak. Namun kinerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam 10 tahun belakangan ini tampak mengecewakan, masyarakat mengeluhkan dengan diberlakukannya jam pemadaman bergilir di beberapa wilayah di Kota Pontianak dan sekitarnya. Hal ini pula yang menjadi salah satu kekhawatiran para orangtua yang anaknya sedang duduk di kelas 3, terutama dengan jam belajar anak dalam rangka persiapan menghadapi Ujian Nasional Mendatang.

Kekhawatiran itu sangat beralasan dengan tanggal pelaksanaan Ujian Nasional yang semakin di ambang. Karena lulus tidaknya UN 2010 mendatang ditentukan oleh kesiapan siswanya dengan jam belajar yang intensif. Dalam hal ini tentunya pusat perhatian para orangtua pada kelulusan anaknya.

Pemadaman yang dirasa “tak menentu” ini sangat mengganggu konsentrasi siswa untuk belajar, ditambah lagi dengan jam mati lampu yang panjang mulai jam 5 sore sampai jam 11 malam. Hal ini menyebabkan siswa menjadi mengantuk, karena tidak melakukan apa-apa. Selain itu, tak jarang beberapa siswa yang belajar menggunakan lilin dengan cahaya seadanya.

“Kalo cam ini teros, payahlah budak-budak ni nak belajar?, mao tak maoklah pake lilen!” ungkap ibu Murni warga Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo, kelurahan Sei Jawi Dalam dengan geram.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Atikah, seorang siswi murid kelas 3 SMPN 12 di Jl. Tabrani Ahmad, Gg Lawu. Dirinya mengaku kesulitan belajar dengan adanya pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN. “Kalo dah memang mati lampu, ye pake lilenlah belajarnye” Ungkapnya lesu.

Masyarakat sangat mengaharapkan agar pemerintah cekatan menanggapi hal ini dengan serius. Melakukan tindakan-tindakan konkrit pada kinerja PLN, karena jika kondisi seperti ini dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin hal ini akan berdampak domino bagi kebutuhan masyarakan akan listrik.

Kerjasama GO Peduli UN

Oleh: Fikri Akbar

Sebuah badan usaha yang berorientasi pada pendidikan, Ganesha Operation (GO) di Jl. Putri Candramidi telah memberikan seminar gratis, bimbel dan Try Out UN 2010 kepada 2300 siswa kelas 8 SMP, dan kelas 11 SMA/SMK yang berada di Kotamadya Pontianak. Program ini dilaksanakan 2 kali setahun pada semester pertama di Auditorium Untan Jl. Ahmad Yani dan di Pontianak Convention Center (PCC).

Selain promosi GO kepada masyarakat, seminar ini merupakan upaya pengenalan dini (gambaran) siswa tentang tes-tes dalam UN 2010. Seminar berupa bimbingan belajar ini dianggap perlu untuk diadakan agar memudahkan para siswa dalam hal teknik belajar tepat dan cepat. Materi-materi yang disampaikan tetap tidak keluar dari 6 mata pelajaran IPA IPS yang akan diujikan.

“Dengan memberikan teknik-teknik pembelajaran seperti ini, penting untuk membantu memudahkan siswa dalam pengerjaan soal nantinya,” ungkap Charles Ricardo selaku Kepala Cabang Ganesha Operation Pontianak-Singkawang.

Disamping itu, GO cabang Bandung ini, juga melakukan kerjasama kepada beberapa pihak sekolah dalam rangka mengahadapi Ujian Nasional (22/10) maret mendatang dengan menyiapkan soal-soal Try Out (TO). Hal ini gencar dilakukan dengan tujuan siswa-siswi Kalbar memiliki tingkat kelulusan yang luar biasa.

“Pokoknya kita mau target 100% untuk tahun ini,” lanjut Charles.

Tentang teknis pelaksanaa TO, dijadwalkan dari masing-masing sekolah yang bersangkutan. Pihak GO hanya memfasilitasi Lembar Jawaban Komputer (LJK) Try Out UN, sedangkan dari pengawasan sendiri dilakukan oleh sekolah. Untuk itu, setiap siswa diwajibkan membayar Rp.3000 – 5000 per-6 mata pelajaran TO IPA IPS.

“Kami hanya menerima LJK-nya untuk kami proses ke pusat (Bandung), dan hasilnya akan kami serahkan kembali ke sekolah masing-masing” terang Arif Riadi, Kepala Bagian Marketting.

Kerjasama ini pula, menurut Arif untuk membantu memudahkan tugas sekolah untuk menaikkan mutu belajar siswa dalam menghadapi UN mendatang, hal ini tentu diupayakan dengan standarisasi nilai yang diberikan dengan 4,25 permata pelajaran dan rata-rata 5,5 untuk nilai kelulusan. “untuk itu, GO siap memfasilitasi ini,” ungkap Arif.

Hal senada diungkapkan oleh Muzakir Dolmanan, Kepala Sekolah SMA Sultan Syarif Abdurrahman bahwa, pihaknya sangat terbantukan dengan program-program yang diberikan oleh GO.

“Ini sangat membantu kami, terutama kepada siswa/i yang sedang menghadapi UN” Pungkas Dolmanan.

Sabtu, 27 Februari 2010

Cermin Ajaib


Oleh:Fikri Akbar

Pada suatu hari seorang dungu terheran-heran melihat suatu benda bercahaya, kilauan itu menggelitik hasratnya untuk segera cari tahu. Pada awalnya dia bingung benda apa yang begitu menyilauakan dari kejauhan – setelah didekatinya ternyata hanya sebuah potongan cermin pecah, dalam hatinya ia berkata “Ooh.. ini toh yang membuat silau mataku”, dipandanginya lekat-lekat cermin kusam itu, kemudian berkata “Pantas saja foto ini dibuang, gambarnya saja jelek”.

Dunia ini dipenuhi banyak cermin sehingga banyak sekali yang harus kita pandangi, kita tidak pernah tahu diri kita cantik, baik, menawan dan – atau apalah itu namanya – jika bukan cermin yang menginformasikan kepada kita, dan kita tidak pula mendiktum bahwa kita telah menang, jika cermin bangsa ini buram tak terlihat.

Begitupun dengan cermin sejarah yang tak henti-hentina memberikan kita harga sebuah kesuksesan tak mesti dibarengi dengan darah dan air mata jika satu diantara kita tidak curang dalam hidup. Kebebasan berbuat yang diberikan membuat kita tidak sempat bercermin dengan wajah-wajah melankolis ditepian pantai lumpur Lapindo.

Kita ketahui hukum kebebasan dengan aksioma “kebebasan dibatasi oleh kebebasan itu sendiri”. Kita bebas berteriak kapan saja dan dimana saja selama kita masih memiliki sedikit sisa suara. Begitupun juga orang lain memiliki kebebasan dengan atau untuk tidak mendengarkan suara jelek kita.

Dengan adanya cermin kehidupan, kita akan optimis dalam melagkah tanpa harus surut kebelakang. Dari kecil hingga dewasa kita telah belajar untuk menjadikan pengalaman sesuatu yang berharga. Inilah yang menurut definisi Behaviorisme hal belajar, “Belajar ialah hal perubahan dalam perbuatan atau dalam melakukan sesuatu yang berhubungan dengan beberapa pengalaman. Jika tidak ada perubahan dalam pelaksanaan atau cara melakukan itu yang dapat dilihat atau diamati, maka tidak ada hal belajar yang terjadi.

Permasalahannya bukan pada cermin kusam, hingga kita harus membuang ataupun memecahkannya tapi bagaimana kita melihat kedalam cermin tersebut. Mata ini harus belajar untuk dewasa, mau belajar menghargai orang lain, menerima kemampuan orang lain dengan hati terbuka dan lapang dada. Kita menjadi cermin bagi orang lain dan begitu pun sebaliknya.

Ketika kita tahu bahwa sedikit sekali orang yang menyimpan cermin di dalam hati dan pikirannya. Pada saat yang bersamaan pula orang akan kehilangan hampir sepenuhnya kebahagiaan hidupnya. Bahkan beberapa orang diantara kita tidak lagi memiliki rasa malu untuk melakukan tindakan memalukan yang dianggap sebagai suatu ekspresi kebenaran diri. Menutupi kekurangan dengan kekurangan, menutupi keburukan dengan keburukan, menutupi kejahatan dengan kejahatan, menutupi kebohongan dengan penghianatan yang menjijikan.

Hal di atas menjadi “seksi” lagi ketika kekuasaan menjadi pendukung dan pelindung, mengambil jalan pintas bagi setiap permasalahan pelik. Mengeruk, memeras, aniaya, ekploitasi gila, konflik kepentingan dibalik wajah kebebasan berdemokrasi menjadi kian lumrah. Dan hanya orang-orang yang memakai topeng yang tidak bisa melihat wajah aslinya di dalam cermin.

Demikian golongan putih memandang perubahan dan perombakan besar yang dijanjikan tidak membuahkan apa-apa, bahkan lebih liar dari sebuah penataan ulang demokrasi di Prancis. Iklim demokrasi sepatutnya menjadikan kursi lebih kecil daripada meja. Porsi pemerintah lebih kecil dan lebih banyak kepada “menghidangkan” kebijakan-kebijakan yang lebih bemoral bagi masyarakat rakyat. Mengeliminir kepentingan-kepentingan yang bepihak, sehingga kedepan tidak ada lagi papan catur kokoh terbuat dari kayu jati menghuni meja setebal empat inci, tapi menggantinya dengan lebih banyak lagi cermin untuk selalu menghiasi diri dengan kebaikan dan rasa malu, untuk melakukan hal-hal yang lebih pantas.

Pertanyaan Besar Dua Agama Dunia


Oleh: Fikri Akbar

Agama Hindu;
Agama Hindu, yang dipercayai merupakan agama tertua di dunia, sangatlah tidak masuk akal, karena beragam sejarah-sejarah agama telah menginformasikan kepada kita bahwa kepercayaan tertua adalah monoteisme (kepercayaan pada satu Tuhan). Sedangkan agama Hindu mempercayai adanya banyak dewa-dewa yang menguasai jagad raya.
Pada awalnya manusia mempercayai kepada Tuhan yang satu dan absolut. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu, keabsolutan Tuhan terlalu transenden (jauh) untuk dicapai oleh manusia. Sehingga pada akhirnya manusia menciptakan “tuhan-tuhan baru” yang lebih dekat.
Fenomena Paganisme (polyteis) ini timbul karena reaksi dan sekaligus merupakan tindakan nekad yang juga dianut oleh suku-suku pribumi di Afrika. Mereka yang pada awalnya begitu taat, setiap harinya menyembah kepada Tuhan, merindukannya serta menyampaikan kegelisahannya kepada Tuhan. – Merasa jenuh, karena yang dirindukan tak pernah jua datang, tak pernah hadir pada hari-hari mereka. Berpikir Tuhan terlalu jauh untuk disembah, terlalu agung untuk disentuh, terlalu suci untuk bertandang ke bumi – kemudian menggantikannya dengan tuhan-tuhan yang lebih dekat, lebih rendah agar mudah dijangkau.
Kasta pada agama Hindu yang pada mulanya hanya merupakan tingkat, atau lebih kepada penggolongan manusia, seperti halnya dalam agama samawi (Islam) yang menggolongkan dari tingkat awam sampai kepada tingkat hakikat. Namun perbedaan ini kian meruncing tatkala penggolongan ini diartikan secara fundamental. Hingga kasta Sudra tidak boleh menikah kepada kasta yang lebih tinggi (Brahma).
Dikotomi yang terlalu diartikan secara radikal dan ekstrim, sehingga membuahkan pertentangan-pertentangan kepada fitrah manusia itu sendiri. Walaupun kita ketahui semua agama memiliki ‘potensi’ yang sama. Namun, jika hal ini terus berlanjut sampai kepada taraf diskriminasi dan penindasan terhadap mereka yang lemah (statusnya) – maka kemarahan dan kekecewaan yang terpendam sejak lama serta ketidak puasan terhadap perlakuaan agama, yang akan menjadikan suatu pemberontakan maha besar, dan sulit untuk dilupakan oleh sejarah.
Seperti pada agama Hindu sendiri misalnya. Gerakan purifikasi ajaran agama yang dipimpin oleh Raja Ram Mohan Roy yang sekaligus juga merupakan gerakan pembebasan dari praktik-praktik sosial yang tidak humanis, seperti tradisi Sati, yaitu janda-janda membakar diri di pancaka suami mereka yang meninggal. (Eka Hendry, Monopoli Tafsir Kebenaran, 2003, hlm 34).

Agama Budha;
Agama yang dibawa oleh Ghautama Budha ini menjelaskan tentang bagaimana menjalani hidup dengan baik. Tuhan agama yang tidak berbentuk personal (alam semesta) mengindikasikan ketidak jelasan teologis bagi agama Budha itu sendiri. Sepakat atau tidak, mengetahui Tuhan adalah merupakan begining step dalam beragama, apalah artinya sebuah negara yang tidak jelas siapa presidennya. Membingungkan bagi rakyatnya untuk, dan kepada siapa dia mengabdi, mengadu, menaruh kepercayaan, kebijaksanaan, dsb.
Keberadaan Tuhan merupakan peletak dasar dan utama dari terwujudnya suatu agama atau kepercayaan. Jika Budha percaya pada alam semesta, berarti sama ada percaya kepada kekuatan alam itu sendiri, dan kepercayaan bahwa alam itu digerakkan dengan kekuatan oleh yang Maha Kuat. Dengan demikian sesungguhnya agama Budha telah memiliki Tuhan secara personal, seperti yang dilakukan oleh kepercayaan kuno – karena Tuhan terlalu tinggi untuk di jangkau, mereka mengasumsikannya dengan Tuhan langit, terlalu besar untuk dipeluk, terlalu suci untuk disentuh, terlalu maha, dan maha segala-galanya sehingga tidak ada lagi asumsi yang paling konkret selain jagad raya atau alam semesta ini.
Reinkarnasi (penjelmaan / penitisan kembali) bagi umat Budha, membuktikan tidak adanya pula hari pembalasan, tidak mengenal pedihnya siksaan bagi sang pendosa, maupun merasakan kenikmatan surgawi bagi mereka yang setia pada Tuhanya.
Dipercayai dalam Budha sendiri, barang siapa yang berbuat kebajikan maka pada kehidupan mendatang, ia akan diberikan kesuksesan, kesenangan sebagai balasan bagi kebajikannya. Dan sebaliknya bagi mereka yang menentang, diberikan kesengsaraan, penderitaan maupun kesukaran – bahkan sampai kepada taraf perubahan bentuk (dari manusia menjadi hewan) seperti; anjing, babi, kodok dsb.
Untuk melakukan hal besar tersebut (reinkarnasi), setidaknya membutuhkan sebuah “tangan” yang tidak hanya maha mampu, tapi juga maha bijaksana (hakim) untuk menentukan benar dan salah bagi seorang Budha. Karena proses alamiah tidak kuasa melakukannya. Ataukah seorang Budha hanya ‘dipaksa’ pada pemahaman agama yang rigid, atau tidakkah seorang Budha diperkenankan untuk bertanya siapa sesungguhnya yang berada dibalik semua ini, atau siapa yang telah menciptakan alam semesta berikut hukum-hukum yang mengikatnya (Abidarma Pitaka). Ataukah agama hanya sekedar hasil budaya, dengan sebuah tujuan akhir yang membingungkan.

Wallahu a’lam bissawab.

Jumat, 26 Februari 2010

SMAN 03 Siapkan Mental Hadapi UN


Oleh: Fikri Akbar

Dalam rangka melaksanakan Ujian Nasional yang tertuang pada Peraturan Mentri (Permen) nomor 75 tahun 2009 pasal 5 ayat 1 dan 2 terkait tentang pelaksanaan UN pada minggu ketiga Maret 2010, Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (SMAN) 03 kelas 12 di Jalan Letjen Soeprapto Pontianak mengaku siap materi dan mental untuk menghadapi UN yang jatuh pada tanggal 22 Maret mendatang.

Menurut Herni Yamashita selaku kepala sekolah SMAN 03, dalam membangun kesiapan mental siswa pihaknya terlebih akan memberikan kesiapan materi didik terlebih dahulu, karena menurutnya dengan mempersiapkan materi-materi pembelajaran UN, secara otomatis akan berimplikasi kepada siswa dalam membangun rasa kepercayaan diri mereka. Untuk itu pula siswa-siswi yang akan mengikuti UN mendatang, pihak sekolah telah memberikan fasilitas seminar dan pelatihan khusus tentang bagaimana cara menghitung cepat.

Menurut data yang diperoleh Borneo Tribun melalui Badan Agreditasi Provinsi Sekolah Madrasah (BAPSM) Dinas Pendidikan Provinsi, SMAN 03 yang memiliki jumlah siswa 199 dengan 20 kelas ini teragreditasi A dan memiliki tingkat kelulusan 100% di tahun 2008 dan 2009. “Hal ini tidak terlepas dari pihak sekolah besama guru bidang studi yang sangat proaktif dalam mensukseskan Ujian Nasional mendatang”, ungkap Herni.

Hal ini pula yang diungkapkan Wigati Puji Astuti selaku Wakil Kepala sekolah yang membidangi bagian kurikulum. “Jauh-jauh hari kami telah sosialisasi kepada siswa kelas 12 mengenai UN ini sejak awal pertama masuk semester”

Ditambahkan pula untuk menopang kesiapan materi siswa pihaknya menambah frekwensi belajar siswa dengan program Bimbingan Belajar rutin (bimbel) sejak bulan September 2009 lalu dan terus hingga awal minggu pertama bulan Maret mendatang dengan 4 kali (Bimbel) dalam seminggu (Senin-Kamis). Karena berdasarkan tingkat kelulusan 2010 yang telah ditetapkan, siswa tidak boleh memiliki nilai dibawah 4, dan mesti memiliki nilai rata-rata 5,5 dan untuk pelajaran lain dengan nilai rata-rata 4,5. “Kami juga sosialisasikan ini kepada orangtua murid” lanjut Wigati.

dan Try Out (TO) kontinyu yang pertama diadakan pada tanggal 11-13 Januari, TO ke-2 diadakan pada tanggal 1-3 Februari dan untuk TO-3 dilakukan pada 22-24 Februari. “Kami mendapatkan peningkatan yang signifikan dengan diadakannya dari Try Out 1 dan 2, lebih dari 60% siswa dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik dan cepat”. Pihak guru juga memberikan program remedial atau perbaikan bagi anak yang belum mencapai ketuntasan TO dari jam 07.00-08.00 WIB setiap hari Sabtu.

Muhammad Arifin, siswa kelas 12 IPS 2 (17) mengaku telah mempersiapkan diri dengan program Bimbingan Belajar (bimbel) diluar jam sekolah sebagai upaya lebih menguatkan materi dan mentalnya untuk UN 2010. Kursus dilaksanakan mulai jam 19.00-20.30 WIB. Dengan waktu belajar yang maksimal, dirinya mengaku sangat optimis dengan soal-soal yang akan diujikan nanti.

Ketika Borneo menanyakan kesiapan mentalnya, Arifin mengakui pada jam-jam yang tersisa dirinya lebih banyak bersantai dengan teman-temannya. “Kalo mikirin UN terus ntar yang malah makin stress”. Ujar Arifin yang juga sebagai divisi pengkaderan Rohani Islam (Rohis) SMAN 03 ini.

Diknas: UN Bukan Hantu


Oleh: Fikri akbar

Hal inilah yang diungkapkan oleh kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat Alexius Akim menyoroti persoalan gagal Ujian Nasional yang kerap melanda siswa/siswi di Kalimantan Barat. Beliau menyatakan Ujian Nasional seharusnya dihadapi dengan baik dan persiapan yang matang, bukan malah menjadi momok yang menakutkan.

Akim menyatakan kendala yang sering muncul ketika moment-moment menjelang Ujian Nasional adalah kesiapan dari para siswa yang kurang memadai. Hal ini tentu dapat membahayakan siswa dalam menjawab setiap pertanyaan yang akan diujikan. “Jauh-jauh hari kami sudah sering bilang kepada siswa/i agar siap dan terus meningkatkan pengetahunnya dengan jam belajar yang maksimal”, kata Akim.

Lebih lanjut beliau mengatakan, untuk menghadapi Ujian Nasional hendaknya siswa dapat mempersiapkan materi dan mental. Dan menghimbau kepada orang-tua murid supaya jam belajar siswa hendaklah diperhatikan. Siswa sebaiknya jangan dibebani dengan pekerjaan tambahan di rumah (dulu). Dengan memberikan keluwesan tersebut diharapkan pesert ujian dapat fokus dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Yang kedua, adalah kesiapan mental yang tak kalah jauh pentingnya. Seorang siswa harus PD (percaya diri) dalam menghadapi momen UN, kesiapan mental menjadi penting agar siswa tidak menganggap UN menjadi sesuatu yang menakutkan, hal ini yang kerap membuat siswa stres sebelum menghadapi ujian dan menjadi depresi jika gagal

Disamping itu Akim juga berpesan kepada semua murid yang akan mengikuti Ujian Nasional nanti agar tidak mudah percaya dengan bocoran-bocoran kunci jawaban soal yang dikirim via sort message service (SMS). Karena hal tersebut berupa penipuan dan menyesatkan, serta mengajarkan siswa untuk malas belajar.

MPR RI: Sosialisai UUD 45 lewat Cerdas Cermat SLTA


Oleh: Fikri Akbar

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi daerah mengadakan lomba Cerdas Cermat untuk tingkat Provinsi. Peserta diikuti dari 18 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang berada di kabupaten dan kota Kalimantan Barat di gedung Zamrud Khatulistiwa(22/10) Jalan Ahmad Yani Pontianak.

Luqman Hakim Syaifuddin selaku wakil ketua MPR RI mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Provinsi Kalimanatan Barat yang sudah turut bekerjasama dalam hal mensosialisasikan Undang-undang Dasar 1945 kepada peserta didik SLTA. Ini merupakan sosialisasi kali ke-3 semenjak tahun 2007 yang dilaksanakan dalam bentuk lomba Cerdas Cermat.

“Hal ini merupakan metoda MPR RI untuk mensosialisasikan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 secara massif (menyeluruh)” ungkap Lukman.

Achmad Basarah selaku Anggota Komisi I MPR RI menyatakan, melalui Cerdas Cermat dapat sekaligus mengajarkan kepada siswa didik berkenaan dengan pembelajaran politik positif. Beliau menekankan, agar siswa lebih memahami berbagai perubahan undang-undang dan memahami peraturan atau proses hukum. Dengan ini tentunya anak didik dipacu untuk tahu mengenai amandemen UUD 1945, mengajarkan nilai-nilai Pancasila serta sadar berkonstitusi.

Basarah menambahkan, hal ini merupakan langkah untuk penyelamatan anak bangsa dan menjadi upaya MPR RI untuk membentuk caracter building dan civil education siswa, serta menumbuhkembangkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme, agar kedepannya anak didik sebagai tunas bangsa memiliki bintang penuntun serta memiliki pijakan yang kuat dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

“Kita tetap concern pada sosialisasi dan merevitalisasi pada upaya pembentukan insan-insan nasionalis dengan pembelajaran politik positif, agar lebih mencintai tanah air dan budayanya” Ungkap Basarah yang juga selaku Ketua Fraksi PDIP ini.

Hal sama ini pula yang di utarakan oleh M. Rizal selaku Kepala biro Humas Sekretarian Jendral MPR RI, langkah sosialisasi dapat berjalan baik dengan adanya kerjasama dan memerlukan keterlibatan banyak pihak untuk sukses menggalakkan sosialisasi UUD 1945 dengan menanamkan 4 pilar utama kepada anak didik; Pancasila, UUD, NKRI dan Kebinekaan.

Kamis, 25 Februari 2010

Dompet Umat: Bea-50 -Siswa Sampai Tamat


Oleh: Fikri Akbar

Dompet Ummat (DU) Kalbar kembali melakukan penjaringan biaya pendidikan siswa melalui program Bea Studi Mandiri (BSM) yang rutin dilaksanakan tiap tahun sejak 2007 lalu. Program BSM ini adalah program khusus untuk pelajar kelas 2 tingkat atas (SMA/Aliyah/SMK) yang berada di Kotamadya Pontianak.

“BSM diberikan kepada siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan intlektual namun dari segi finansial mereka tidak mampu (dhuafa)”. Ungkap Yusuf selaku Sekretaris Corporate lembaga DU.

Dana yang diperoleh untuk program kegiatan tahunana ini terkumpul dari hasil kerjasama Orang Tua Asuh (OTA)/ Donatur dan Lembaga Amil Zakat Dompet Ummat Kalbar. Bantuan diberikan berupa uang tunai sebesar Rp. 100.000 permasing-masing siswa dengan potongang Rp. 25.000 untuk biaya pembinaan. BSM akan terus siswa dapatkan sampai mereka tamat.

“Disamping memberikan bantuan berupa beasiswa, DU juga akan melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah berupa seminar maupun diklat” ungkap Yusuf ketika Borneo Tribune mengkonfirmasikan tentang potongan 25% itu. Ketentuan bantuan tidak mutlak, setiap siswa berhak mendapatkan biaya tambahan tergantung kebutuhan, mengingat biaya SPP tiap sekolah bervariatif.

Untuk mendapatkan fasilitas ini, setiap siswa diharuskan mengikuti tes tertulis dan wawancara (19-20 Feb) disamping melengkapi persyaratan dan tahap yang telah ditentukan oleh panitia DU, diantranya siswa harus melengkapi adminitrasi yang meliputi, menyerahkan fotokopy rekening listrik 3 bulan terakhir, memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu dari RT dan Surat Keterangan Tidak Mampu dari pengurus masjid setempat.

Setelah lolos pada tahap administrasi dan seleksi pertama dan kedua, DU bersama tim relawan akan melakukan survei kelayakan (penerima BSM) dengan cara datang ke rumah masing-masing siswa. Hal ini penting, disamping agar DU dapat memiliki data yang akurat serta BSM yang diberikan tepat sasaran.

Yanti Huzaimah selaku kooordinator lapangan (korlap) survei menyatakan indikator-indikator penilaian yang ditetapkan DU dari survei yang dilakukan meliputi bangung fisik (rumah) bagi calon penerima BSM, pekerjaan dan pendapatan orang tua murid serta minat siswa untuk sekolah yang dinilai dari hasil raport.

Program BSM sangat menarik antusiasme siswa, hal terlihat pada tahapan pertama (saja) siswa yang mendaftar mencapai 76 orang dari berbagai sekolah. Namun setelah melalui beberapa tahapan seleksi terjaringlah 50 siswa yang dianggap berhak menerima BSM.

SMAN Sintang Juara I Cerdas Cermat Provinsi

Oleh: Fikri Akbar

Sekolah Menengah Atas Negeri Sintang (SMAN) 03 berhasil menyabet juara satu dengan perolehan skor 95, mengalahkan dua pesaingnya pada putaran final yang berasal dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kotamadya Pontianak dengan jumlah skor 80 dan Sekolah Menengah Atas (SMAN) 1 Kotamadya Singkawang dengan nilai 70. Acara berlangsung di gedung Zamrud Khatulistiwa (22/10) jalan Ahmad Yani Pontianak.

Muhammad Rizal selaku koordinator acara lomba sekaligus juri lomba menyatakan, dalam perlombaan cerdas cermat “Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” terdapat tiga hal yang menjadi penilaian bagi juri. Pertama adalah tematik, yaitu bagaimana siswa dapat dan mampu menjelaskan pertanyaan yang diajukan, dengan cepat dan tepat dengan tambahan skor nilai 0-25. Yang kedua adalah pertanyaan pilihan dengan tambahan nilai 10, dan yang ketiga adalah pertanyaan rebutan dengan tambahan skor 10 jika benar, dan dikurangi 5 jika salah.

Bagi para juara diberikan piala, sertifikat dan plakat dari panitia penyelenggara. Sedangkan hadiah yang diberikan dari Dinas Pendidikan Provinsi adalah uang tunai Rp. 4 juta bagi juara pertama, Rp. 3,5 juta bagi pemenang kedua, dan pemenang ketiga sebesar Rp. 3 juta. Dan bagi pemenang-pemenang harapan masing-masing mendapatkan Rp. 1.5 juta.

Lomba cerdas cermat hasil kerjasama Majelis Pemusyawarat Republik Indonesia (MPR RI) dan pemerintah provinsi melalui Dinas Pendidikan provinsi Kalbar di gedung Zamrud Khatulistiwa jalan Ahmad Yani Pontianak adalah dalam rangka sosialisasi UUD 1945. Lomba ini diikuti oleh peserta yang berasal dari 18 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTA) dari berbagai Kabupaten dan Kotamadya. Masing-masing utusan berjumlah 10 orang.

Cristiandy Sanjaya, Wakil Gubernur kalimantan menyatakan tentang tujuan diadakannya lomba cerdas cermat UUD 1945 Negara RI bukanlah semata-mata untuk menang, tapi lebih dari itu Cristiandy mengharapkan agar anak-anak sebagai estafet bangsa ini tahu dan mengerti tentang amandemen undang-undang, agar supaya hal ini dapat diterapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. “Yang tidak juara bukan berarti yang tidak mengerti, tapi memang ada yang harus menang”. Ungkapnya.

Dan follow-up dari diadakannya lomba cerdas cermat ini akan dilanjutkan kepada lomba cerdas cermat tingkat Nasional, dan nantinya Sekolah Menengah Atas Negeri Sintang (SMAN) 03 merupakan perwakilan dari daerah Kalimantan barat.

Rabu, 24 Februari 2010

Akreditasi "Gengsi" Mutu Sekolah

Oleh: Fikri Akbar


Berdasarkan Undang-undang “induk” mengenai perlunya akreditasi dilaksanakan kepada pihak sekolah, tertuang pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, PP No. 19 tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan nasional. Namun ironinya, menurut hasil data keseluruhan SD, SMP, SMA yang dilakukan Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAPSM) pada tahun 2005-2009 di daerah Provinsi Kalbar, hanya 5% dari sekolah-sekolah yang terakreditasi dengan nilai A. Selanjutnya terakreditasi B 27%, dan 42% untuk sekolah-sekolah dengan nilai akreditasi C.

Menurut Abdul Komar selaku sekretariat BAPSM Kalimanatan Barat menyatakan sejak terbentuknya (BAPSM) tahun 2007 ini lebih ditekankan kepada tujuan untuk peningkatan mutu sekolah-sekolah yang berada di Provinsi, kabupaten dan Kotamadya. Karena menurutnya, hal ini juga bisa berdampak kepada “nilai jual” sekolah itu sendiri. Dengan tingkat akreditasi rendah orang tua murid akan enggan memasukkan anaknya kepada sekolah yang kurang bermutu. Dan sebaliknya kepada sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi baik (A) akan menjadi rebutan dan menjadi sekolah pavorit bagi siswa.

Komar menyatakan tingkat penilaian rendah kerap terjadi, karena beberapa poin indikator fisik dan non fisik yang kurang dipahami dan dijalankan dari pihak sekolah, disamping mutu dan penyebaran guru yang tidak merata, siswa yang kurang (banyak). Dan juga fasilitas belajar yang dimiliki, praktek, perpustakaan dan guru perpustakaan, serta minimnya fasilitas olahraga dan lapangan.

Terdapat 8 item indikator standar BAPSM untuk penilaian akreditasi yang diberikan, yaitu Standar Isi yang meliputi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kemudian Stantar Proses tentang pengembangan silabus dengan memiliki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dijabarkan lewat silabus kepada siswa. Kemudian Standar Kelulusan dari setiap tahunnya.

Disamping itu, yang sering menjadi keprihatinan kita adalah Standar tenaga pendidik dan kependidikan, dalam artian guru mesti memiliki kualifikasi akademik (minimal) S1 dengan bobot 76%, kemudia Standar Sarana dan Prasarana dengan indikasi ketentuan lahan ideal untuk pembangunan sekolah atau madrasah minimal 2 hektar atau 76% dari itu, dan aman dari bahaya. Bangunan sekolah tidak dibenarkan berdiri didekat pabrik-pabrik kimia yang bisa membahayan guru dan anak didik. Kemudian Standar Pengelolaan dari pihak sekolah dengan telahnya dirumuskan dan menetapkan visi misi lembaga dan mensosialisasikannya setidaknya 1 bulan sekali.

Dari segi administrasi, standar yang diberikan oleh BAPSM adalah Standar Pembiayaan, bahwa setiap sekolah mesti memiliki catatan tahunan berupa dokumen nilai aset (fasilitas) memadai yang dimiliki dari sekolah, pembelanjaan dan pembangunan. Dan yang terakhir adalah Standar Penilaian dengan indikasi guru mestilah menginformasikan silabus yang dilengkapi dengan indikator-indikator pencapaian. Guru menggunakan teknik penilaian beragam berupa tes, pengamatan, penugasan kepada siswa.

“Jika kedelapan hal ini bisa terlaksana dengan baik, minimal mencapai persentase 76%, maka sekolah tersebut berhak mendapatkan akreditasi dengan tingkat kelulusan A.” Imbuhnya.