Aswandi: Tingkatkan Mutu Guru Melalui Pendidikan Karakter
by: Fikri Akbar
Seminar Pendidikan dengan Tema Peningkatan Profesionalisme Guru dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi yang diadakan oleh Himpunan Pendidikan Kimia (Himdika) Universitas Tanjungpura sebagai bentuk reaktualisasi dari Tridarma, disamping sebagai upaya menyongsong peningkatan pendidikan serta bagaimana menjawab tantangan globalisasi melalui mutu guru. Seminar pendidikan dihadiri oleh para guru SD, SMP, SMA se-Kota Pontianak dan Pesisir Utara.
Aswandi selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNTAN sekaligus sebagai pembicara, menyatakan keprihatinannya dengan kondisi guru yang semakin “melemah” akhir-akhir ini. Menurutnya untuk membangun sebuah pendidikan yang bermutu mestilah dimulai dari seorang guru yang memiliki attitude yang mumpuni. Guru tidak hanya memerlukan kompetensi dalam hal mengajar, namun ia juga mampu menjadi role model (tauladan) bagi anak didiknya.
“Kita sangat menyayangkan sekali dengan beberapa guru yang hanya berambisi mengejar kualifikasi namun kurang memperhatikan kompetensi kepribadiannya, padahal ini sangat urgen bagi proses pendidikan. Karena seorang guru menjadi kredibel karena kepribadiannya bukan ilmunya,” ujar Aswandi.
Dirinya menambahkan, terdapat 4 hal penting yang mesti diperhatikan ketika meraktualisasikan pendidikan karakter, diantaranya; pertama adalah dengan memberikan pemahaman yang benar tentang pendidikan karakter. Alasan mengapa pendidikan karakter sulit diterapkan dalam kerangka pendidikan di negeri ini, karena selama ini tidak adanya kejelasan konseptual tentang pendidikan karakter yang kemudian berakibat pada kebijakan di tingkat lokal yang menyatakan pendidikan karakter dipandang tidak perlu dan tidak tepat sasaran.
Kedua adalah pembiasaan. Menurutnya hal ini sangat memegang peran sangat penting dan mengambil porsi yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Kemudian hal ketiga adalah keteladanan, karena menurutnya pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil membekas dalam proses pembentukan karakter, moral, spiritual dan etos sosial anak. Karena menurut Aswandi, jika terdapat beberapa mata pelajaran yang dianggap sulit bagi peserta didik, hal itu bukanlah semata-mata karena kebodohan murid, tapi gurulah yang salah memberikan metode.
“Bukan pelajaran yang sulit, tapi karena perlakuan guru yang kasar!,” ucap Aswandi lantang.
Hal yang terakhir adalah pendidikan dan pembelajaran yang terintegrasi. Karena pendidikan dan pembelajaran berbasis karakter, berbasis nilai, moral dan sejenisnya tidaklah dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, ia haruslah dirancang secara terintegrasi dengan pelajaran lain.
Hal yang sama pula diungkapkan oleh Endar, Ketua Panitia seminar yang menyatakan bahwa pembentukan karakter dalam dunia pendidikan sangatlah penting, salah satunya meminimalisir kekerasan yang kerap terjadi pada anak didik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumat, 26 Maret 2010
Aswandi: Tingkatkan Mutu Guru Melalui Pendidikan Karakter
Aswandi: Tingkatkan Mutu Guru Melalui Pendidikan Karakter
by: Fikri Akbar
Seminar Pendidikan dengan Tema Peningkatan Profesionalisme Guru dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi yang diadakan oleh Himpunan Pendidikan Kimia (Himdika) Universitas Tanjungpura sebagai bentuk reaktualisasi dari Tridarma, disamping sebagai upaya menyongsong peningkatan pendidikan serta bagaimana menjawab tantangan globalisasi melalui mutu guru. Seminar pendidikan dihadiri oleh para guru SD, SMP, SMA se-Kota Pontianak dan Pesisir Utara.
Aswandi selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNTAN sekaligus sebagai pembicara, menyatakan keprihatinannya dengan kondisi guru yang semakin “melemah” akhir-akhir ini. Menurutnya untuk membangun sebuah pendidikan yang bermutu mestilah dimulai dari seorang guru yang memiliki attitude yang mumpuni. Guru tidak hanya memerlukan kompetensi dalam hal mengajar, namun ia juga mampu menjadi role model (tauladan) bagi anak didiknya.
“Kita sangat menyayangkan sekali dengan beberapa guru yang hanya berambisi mengejar kualifikasi namun kurang memperhatikan kompetensi kepribadiannya, padahal ini sangat urgen bagi proses pendidikan. Karena seorang guru menjadi kredibel karena kepribadiannya bukan ilmunya,” ujar Aswandi.
Dirinya menambahkan, terdapat 4 hal penting yang mesti diperhatikan ketika meraktualisasikan pendidikan karakter, diantaranya; pertama adalah dengan memberikan pemahaman yang benar tentang pendidikan karakter. Alasan mengapa pendidikan karakter sulit diterapkan dalam kerangka pendidikan di negeri ini, karena selama ini tidak adanya kejelasan konseptual tentang pendidikan karakter yang kemudian berakibat pada kebijakan di tingkat lokal yang menyatakan pendidikan karakter dipandang tidak perlu dan tidak tepat sasaran.
Kedua adalah pembiasaan. Menurutnya hal ini sangat memegang peran sangat penting dan mengambil porsi yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Kemudian hal ketiga adalah keteladanan, karena menurutnya pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil membekas dalam proses pembentukan karakter, moral, spiritual dan etos sosial anak. Karena menurut Aswandi, jika terdapat beberapa mata pelajaran yang dianggap sulit bagi peserta didik, hal itu bukanlah semata-mata karena kebodohan murid, tapi gurulah yang salah memberikan metode.
“Bukan pelajaran yang sulit, tapi karena perlakuan guru yang kasar!,” ucap Aswandi lantang.
Hal yang terakhir adalah pendidikan dan pembelajaran yang terintegrasi. Karena pendidikan dan pembelajaran berbasis karakter, berbasis nilai, moral dan sejenisnya tidaklah dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, ia haruslah dirancang secara terintegrasi dengan pelajaran lain.
Hal yang sama pula diungkapkan oleh Endar, Ketua Panitia seminar yang menyatakan bahwa pembentukan karakter dalam dunia pendidikan sangatlah penting, salah satunya meminimalisir kekerasan yang kerap terjadi pada anak didik.
by: Fikri Akbar
Seminar Pendidikan dengan Tema Peningkatan Profesionalisme Guru dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi yang diadakan oleh Himpunan Pendidikan Kimia (Himdika) Universitas Tanjungpura sebagai bentuk reaktualisasi dari Tridarma, disamping sebagai upaya menyongsong peningkatan pendidikan serta bagaimana menjawab tantangan globalisasi melalui mutu guru. Seminar pendidikan dihadiri oleh para guru SD, SMP, SMA se-Kota Pontianak dan Pesisir Utara.
Aswandi selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNTAN sekaligus sebagai pembicara, menyatakan keprihatinannya dengan kondisi guru yang semakin “melemah” akhir-akhir ini. Menurutnya untuk membangun sebuah pendidikan yang bermutu mestilah dimulai dari seorang guru yang memiliki attitude yang mumpuni. Guru tidak hanya memerlukan kompetensi dalam hal mengajar, namun ia juga mampu menjadi role model (tauladan) bagi anak didiknya.
“Kita sangat menyayangkan sekali dengan beberapa guru yang hanya berambisi mengejar kualifikasi namun kurang memperhatikan kompetensi kepribadiannya, padahal ini sangat urgen bagi proses pendidikan. Karena seorang guru menjadi kredibel karena kepribadiannya bukan ilmunya,” ujar Aswandi.
Dirinya menambahkan, terdapat 4 hal penting yang mesti diperhatikan ketika meraktualisasikan pendidikan karakter, diantaranya; pertama adalah dengan memberikan pemahaman yang benar tentang pendidikan karakter. Alasan mengapa pendidikan karakter sulit diterapkan dalam kerangka pendidikan di negeri ini, karena selama ini tidak adanya kejelasan konseptual tentang pendidikan karakter yang kemudian berakibat pada kebijakan di tingkat lokal yang menyatakan pendidikan karakter dipandang tidak perlu dan tidak tepat sasaran.
Kedua adalah pembiasaan. Menurutnya hal ini sangat memegang peran sangat penting dan mengambil porsi yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Kemudian hal ketiga adalah keteladanan, karena menurutnya pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil membekas dalam proses pembentukan karakter, moral, spiritual dan etos sosial anak. Karena menurut Aswandi, jika terdapat beberapa mata pelajaran yang dianggap sulit bagi peserta didik, hal itu bukanlah semata-mata karena kebodohan murid, tapi gurulah yang salah memberikan metode.
“Bukan pelajaran yang sulit, tapi karena perlakuan guru yang kasar!,” ucap Aswandi lantang.
Hal yang terakhir adalah pendidikan dan pembelajaran yang terintegrasi. Karena pendidikan dan pembelajaran berbasis karakter, berbasis nilai, moral dan sejenisnya tidaklah dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, ia haruslah dirancang secara terintegrasi dengan pelajaran lain.
Hal yang sama pula diungkapkan oleh Endar, Ketua Panitia seminar yang menyatakan bahwa pembentukan karakter dalam dunia pendidikan sangatlah penting, salah satunya meminimalisir kekerasan yang kerap terjadi pada anak didik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar