Sanggau-Terkait pencanangan program konsumsi air bersih bagi masyarakat Sanggau, yang hinga memasuki mellenium kedua ini masih belum juga dapat teratasi. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau, Ir. Kukuh Triyatmaka menilai, untuk menuntaskan persoalan yang satu ini memang harus membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Menurut perhitungannya, anggaran yang mesti digelontorkan dalam penuntasan pasokan air bersih itu sebesar Rp. 80 milyar.
“Kajian makro untuk sanggau ini, seperti kajian kami kemarin, itu hampir 80 milyar, karena kebijakan daerah hanya memberi 35 milyar, ya kita mengadopsi 80 menjadi 35, ya kita ambil 35. Tapi prinsip dari PU, 35 pun sudah bisa merombak kondisi PDAM nanti, (sehingga efeknya,red) pelayanan juga (PDAM) mesti di rombak,” kata Kukuh saat ditemui disela-sela kesaksiannya dalam sidang kasus dugaan TPA Kecamatan Meliau, di Pengadilan Negeri Sanggau, Rabu (13/4).
Menurut dia, dana anggaran yang disebutkan Perda nomor 10 tahun 2009 senilai 35 milyar kini, selain hanya dapat mengkaper dua Kecamatan, Sanggau Kapuas dan Sungai Mawang Parindu. Yang menjadi target PU dalam poyek tahun jamak itu adalah menggan ti semua jalur pipa asbes yang telah tertanam sejak tahun 1970.
“Sasaran multiyears itu, kita aka mengganti pipa asbes yang ditengah ini, sudah usia lanjut itu, itu kita ganti. (jaraknya) Sampai keperempatan Masjid Agung dan terus ke Bunut, lanjut Empulur dan Parindu. Kemudian dari Kantu sampai ke Sungai Sengkuang,” kata dia.
Menurut Kukuh, yang membuat proyek ini bernilai mahal sampai 35 M, lebih kepada pertimbangan pada penggantian pipa dan penimbunan jalan kembali yang membutuhkan material lebih banyak. “Yang mahal itu, pipa sama mengembalikan jalan, kalau ada yang perlu disemen itu disemen, itu yang mahal. Dalam kota ini kita ganti, terutama asbes tahun 70-an itu kita ganti semua,” ulasnya.
Kendati demikian, sambungnya, pengerjaan penutupan jalan kembali dengan material itu hanya dilakukan untuk daerah-daerah tertentu saja, seperti badan jalan, kondisi ruas yang menanjak, sedangkan untuk jalan biasa, penanaman pipa tidak perlu membutuhkan material lebih.
“Oh tidak perlu, kecuali daerah-daerah tertentu, mungkin hanya daerah yang rawan perlu kekuatan, itu ada. Tapi kalau yang umum ndak. Kedalamannya, tergantung kalau untuk arus lalu lintas itu kedalamannya sekitar 40-50 Cm,” kata dia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Minggu, 17 April 2011
Pembangunan Pipa Sanggau Perlu Dana 80 M, Target 35 M untuk Ganti Pipa Tahun 1970
Sanggau-Terkait pencanangan program konsumsi air bersih bagi masyarakat Sanggau, yang hinga memasuki mellenium kedua ini masih belum juga dapat teratasi. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau, Ir. Kukuh Triyatmaka menilai, untuk menuntaskan persoalan yang satu ini memang harus membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Menurut perhitungannya, anggaran yang mesti digelontorkan dalam penuntasan pasokan air bersih itu sebesar Rp. 80 milyar.
“Kajian makro untuk sanggau ini, seperti kajian kami kemarin, itu hampir 80 milyar, karena kebijakan daerah hanya memberi 35 milyar, ya kita mengadopsi 80 menjadi 35, ya kita ambil 35. Tapi prinsip dari PU, 35 pun sudah bisa merombak kondisi PDAM nanti, (sehingga efeknya,red) pelayanan juga (PDAM) mesti di rombak,” kata Kukuh saat ditemui disela-sela kesaksiannya dalam sidang kasus dugaan TPA Kecamatan Meliau, di Pengadilan Negeri Sanggau, Rabu (13/4).
Menurut dia, dana anggaran yang disebutkan Perda nomor 10 tahun 2009 senilai 35 milyar kini, selain hanya dapat mengkaper dua Kecamatan, Sanggau Kapuas dan Sungai Mawang Parindu. Yang menjadi target PU dalam poyek tahun jamak itu adalah menggan ti semua jalur pipa asbes yang telah tertanam sejak tahun 1970.
“Sasaran multiyears itu, kita aka mengganti pipa asbes yang ditengah ini, sudah usia lanjut itu, itu kita ganti. (jaraknya) Sampai keperempatan Masjid Agung dan terus ke Bunut, lanjut Empulur dan Parindu. Kemudian dari Kantu sampai ke Sungai Sengkuang,” kata dia.
Menurut Kukuh, yang membuat proyek ini bernilai mahal sampai 35 M, lebih kepada pertimbangan pada penggantian pipa dan penimbunan jalan kembali yang membutuhkan material lebih banyak. “Yang mahal itu, pipa sama mengembalikan jalan, kalau ada yang perlu disemen itu disemen, itu yang mahal. Dalam kota ini kita ganti, terutama asbes tahun 70-an itu kita ganti semua,” ulasnya.
Kendati demikian, sambungnya, pengerjaan penutupan jalan kembali dengan material itu hanya dilakukan untuk daerah-daerah tertentu saja, seperti badan jalan, kondisi ruas yang menanjak, sedangkan untuk jalan biasa, penanaman pipa tidak perlu membutuhkan material lebih.
“Oh tidak perlu, kecuali daerah-daerah tertentu, mungkin hanya daerah yang rawan perlu kekuatan, itu ada. Tapi kalau yang umum ndak. Kedalamannya, tergantung kalau untuk arus lalu lintas itu kedalamannya sekitar 40-50 Cm,” kata dia.
Menurut perhitungannya, anggaran yang mesti digelontorkan dalam penuntasan pasokan air bersih itu sebesar Rp. 80 milyar.
“Kajian makro untuk sanggau ini, seperti kajian kami kemarin, itu hampir 80 milyar, karena kebijakan daerah hanya memberi 35 milyar, ya kita mengadopsi 80 menjadi 35, ya kita ambil 35. Tapi prinsip dari PU, 35 pun sudah bisa merombak kondisi PDAM nanti, (sehingga efeknya,red) pelayanan juga (PDAM) mesti di rombak,” kata Kukuh saat ditemui disela-sela kesaksiannya dalam sidang kasus dugaan TPA Kecamatan Meliau, di Pengadilan Negeri Sanggau, Rabu (13/4).
Menurut dia, dana anggaran yang disebutkan Perda nomor 10 tahun 2009 senilai 35 milyar kini, selain hanya dapat mengkaper dua Kecamatan, Sanggau Kapuas dan Sungai Mawang Parindu. Yang menjadi target PU dalam poyek tahun jamak itu adalah menggan ti semua jalur pipa asbes yang telah tertanam sejak tahun 1970.
“Sasaran multiyears itu, kita aka mengganti pipa asbes yang ditengah ini, sudah usia lanjut itu, itu kita ganti. (jaraknya) Sampai keperempatan Masjid Agung dan terus ke Bunut, lanjut Empulur dan Parindu. Kemudian dari Kantu sampai ke Sungai Sengkuang,” kata dia.
Menurut Kukuh, yang membuat proyek ini bernilai mahal sampai 35 M, lebih kepada pertimbangan pada penggantian pipa dan penimbunan jalan kembali yang membutuhkan material lebih banyak. “Yang mahal itu, pipa sama mengembalikan jalan, kalau ada yang perlu disemen itu disemen, itu yang mahal. Dalam kota ini kita ganti, terutama asbes tahun 70-an itu kita ganti semua,” ulasnya.
Kendati demikian, sambungnya, pengerjaan penutupan jalan kembali dengan material itu hanya dilakukan untuk daerah-daerah tertentu saja, seperti badan jalan, kondisi ruas yang menanjak, sedangkan untuk jalan biasa, penanaman pipa tidak perlu membutuhkan material lebih.
“Oh tidak perlu, kecuali daerah-daerah tertentu, mungkin hanya daerah yang rawan perlu kekuatan, itu ada. Tapi kalau yang umum ndak. Kedalamannya, tergantung kalau untuk arus lalu lintas itu kedalamannya sekitar 40-50 Cm,” kata dia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar