Sanggau-Untuk menekan harga produksi buah dan sayur, warga yang terhimpun dalam kelompok tanu Usaha Baru di Dusun Penyeladi Hulu Desa Penyeladi Kecamatan Kapuas, Sanggau mampu menghasilkan 2,7 Ton pupuk perenam hari dengan sumber bahan dasar yang berasal dari limbah pabrik sawit atau solid. Jenis pupuk yang dapat dihasilka dari solid itu diantaranya; pupuk kompos dan organik.
Hal itu disampaikan oleh Ketua kelompok tani Usaha Baru Penyeladi, Bowo disela-sela sambuatannya pada acara panen perdana tanaman jagung manis dan demo pembuatan pupuk organik di Penyeladi. Hadir pada kesempatan itu Wakil Bupati Sanggau, Kadistankanak, Kadishutbun, Kepala Kantor Ketahanan Pangan, PKK, Kades Penyeladi, kelompok-kelompok tani, Tomas, Tomag dan warga.
“Untuk memudahkan kami mendapatka pupuk, sebagaimana petani di daerah kami ini susah mendapatkan pupuk. Alhamdulillah kami dapat mengolah 2,7 ton selama enam hari dengan peralatan yang sederhana. Kompos itu sudah kami uji cobakan untuk digunakan pada tanaman jagung, semangka dan sayuran,” sampain Bowo.
Kendati demikian, Bowo menyatakan kekhawatirannya, alternatif kreatif kelompok tani tersebut tidak mungkin akan berlangsung lama. Pasalnya, limbah sawit serupa itu kini telah menjadi bisnis tersendiri bagi perusahaan. Jika hal itu tidak segera menjadi perhatian Pemda, maka pertanian di Sanggau khususnya di Penyeladi, menjadi terkendala.
“Kami berharap Pak Wabup memeberikan kemudahan dalam pengeloaan limbah tersebut,” mintanya.
Usulan Bowo mewakili masyarakata Penyeladi itu kemudian disambut antusias oleh Wabub, Poulus Hadi. Wabup menyatakan, konsentrasi Pemerintah Daerah kini tengah terfokus pada pembinaan kepada para petani dalam rangka mengusung program ketahanan nasional di Sanggau. Untuk persoalan solid, kata dia, Pemda telah merundingkan itu sebelumnya bersama pihak-pihak perusahaan dan instansi terkait.
“Penyeladi wilayah yang potensial, pemerintah konsisten menggerakkan pertanian sebagai gerakan bersama. Kita segera akan lakukan MoU kepada MPE (salah satu perusahaan sawit: Multi Plasma Entakai), agar para petani ini dibantu, melalu program CSR,” jelasnya.
Disisi lain, Poulus memandang, Sanggau merupakan lahan subur tempat tanam tumbuh segala tanaman. Namun demikian, Polus menegaskan, pemerintah tidak akan lagi ‘menyusui’ petani terus menerus, karena hal itu justru membuat petani tidak akan kreatif dan lamban.
“Pemerintah tetap ada program untuk membantu rakyat, tapi semua akan kembali kepada rakyat. Kita tidak akan senang kalau acara panen ini hanya akan dijadikan seremonial saja. Dulu pupuk dibantu dari pemerintah semua, tapi itu membuat petani lemah,” katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Minggu, 17 April 2011
Penyeladi Mampu Hasilkan Pupuk 2,7 Ton Seminggu-Pemerintah Tidak Mau Petani Lemah
Sanggau-Untuk menekan harga produksi buah dan sayur, warga yang terhimpun dalam kelompok tanu Usaha Baru di Dusun Penyeladi Hulu Desa Penyeladi Kecamatan Kapuas, Sanggau mampu menghasilkan 2,7 Ton pupuk perenam hari dengan sumber bahan dasar yang berasal dari limbah pabrik sawit atau solid. Jenis pupuk yang dapat dihasilka dari solid itu diantaranya; pupuk kompos dan organik.
Hal itu disampaikan oleh Ketua kelompok tani Usaha Baru Penyeladi, Bowo disela-sela sambuatannya pada acara panen perdana tanaman jagung manis dan demo pembuatan pupuk organik di Penyeladi. Hadir pada kesempatan itu Wakil Bupati Sanggau, Kadistankanak, Kadishutbun, Kepala Kantor Ketahanan Pangan, PKK, Kades Penyeladi, kelompok-kelompok tani, Tomas, Tomag dan warga.
“Untuk memudahkan kami mendapatka pupuk, sebagaimana petani di daerah kami ini susah mendapatkan pupuk. Alhamdulillah kami dapat mengolah 2,7 ton selama enam hari dengan peralatan yang sederhana. Kompos itu sudah kami uji cobakan untuk digunakan pada tanaman jagung, semangka dan sayuran,” sampain Bowo.
Kendati demikian, Bowo menyatakan kekhawatirannya, alternatif kreatif kelompok tani tersebut tidak mungkin akan berlangsung lama. Pasalnya, limbah sawit serupa itu kini telah menjadi bisnis tersendiri bagi perusahaan. Jika hal itu tidak segera menjadi perhatian Pemda, maka pertanian di Sanggau khususnya di Penyeladi, menjadi terkendala.
“Kami berharap Pak Wabup memeberikan kemudahan dalam pengeloaan limbah tersebut,” mintanya.
Usulan Bowo mewakili masyarakata Penyeladi itu kemudian disambut antusias oleh Wabub, Poulus Hadi. Wabup menyatakan, konsentrasi Pemerintah Daerah kini tengah terfokus pada pembinaan kepada para petani dalam rangka mengusung program ketahanan nasional di Sanggau. Untuk persoalan solid, kata dia, Pemda telah merundingkan itu sebelumnya bersama pihak-pihak perusahaan dan instansi terkait.
“Penyeladi wilayah yang potensial, pemerintah konsisten menggerakkan pertanian sebagai gerakan bersama. Kita segera akan lakukan MoU kepada MPE (salah satu perusahaan sawit: Multi Plasma Entakai), agar para petani ini dibantu, melalu program CSR,” jelasnya.
Disisi lain, Poulus memandang, Sanggau merupakan lahan subur tempat tanam tumbuh segala tanaman. Namun demikian, Polus menegaskan, pemerintah tidak akan lagi ‘menyusui’ petani terus menerus, karena hal itu justru membuat petani tidak akan kreatif dan lamban.
“Pemerintah tetap ada program untuk membantu rakyat, tapi semua akan kembali kepada rakyat. Kita tidak akan senang kalau acara panen ini hanya akan dijadikan seremonial saja. Dulu pupuk dibantu dari pemerintah semua, tapi itu membuat petani lemah,” katanya.
Hal itu disampaikan oleh Ketua kelompok tani Usaha Baru Penyeladi, Bowo disela-sela sambuatannya pada acara panen perdana tanaman jagung manis dan demo pembuatan pupuk organik di Penyeladi. Hadir pada kesempatan itu Wakil Bupati Sanggau, Kadistankanak, Kadishutbun, Kepala Kantor Ketahanan Pangan, PKK, Kades Penyeladi, kelompok-kelompok tani, Tomas, Tomag dan warga.
“Untuk memudahkan kami mendapatka pupuk, sebagaimana petani di daerah kami ini susah mendapatkan pupuk. Alhamdulillah kami dapat mengolah 2,7 ton selama enam hari dengan peralatan yang sederhana. Kompos itu sudah kami uji cobakan untuk digunakan pada tanaman jagung, semangka dan sayuran,” sampain Bowo.
Kendati demikian, Bowo menyatakan kekhawatirannya, alternatif kreatif kelompok tani tersebut tidak mungkin akan berlangsung lama. Pasalnya, limbah sawit serupa itu kini telah menjadi bisnis tersendiri bagi perusahaan. Jika hal itu tidak segera menjadi perhatian Pemda, maka pertanian di Sanggau khususnya di Penyeladi, menjadi terkendala.
“Kami berharap Pak Wabup memeberikan kemudahan dalam pengeloaan limbah tersebut,” mintanya.
Usulan Bowo mewakili masyarakata Penyeladi itu kemudian disambut antusias oleh Wabub, Poulus Hadi. Wabup menyatakan, konsentrasi Pemerintah Daerah kini tengah terfokus pada pembinaan kepada para petani dalam rangka mengusung program ketahanan nasional di Sanggau. Untuk persoalan solid, kata dia, Pemda telah merundingkan itu sebelumnya bersama pihak-pihak perusahaan dan instansi terkait.
“Penyeladi wilayah yang potensial, pemerintah konsisten menggerakkan pertanian sebagai gerakan bersama. Kita segera akan lakukan MoU kepada MPE (salah satu perusahaan sawit: Multi Plasma Entakai), agar para petani ini dibantu, melalu program CSR,” jelasnya.
Disisi lain, Poulus memandang, Sanggau merupakan lahan subur tempat tanam tumbuh segala tanaman. Namun demikian, Polus menegaskan, pemerintah tidak akan lagi ‘menyusui’ petani terus menerus, karena hal itu justru membuat petani tidak akan kreatif dan lamban.
“Pemerintah tetap ada program untuk membantu rakyat, tapi semua akan kembali kepada rakyat. Kita tidak akan senang kalau acara panen ini hanya akan dijadikan seremonial saja. Dulu pupuk dibantu dari pemerintah semua, tapi itu membuat petani lemah,” katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar