Sanggau-Seyogyanya, kawasan perbatasan merupakan halaman depan dan gerbang utama bagi Indonesia, namun kenyataan kondisi dilapangan, kawasan perbatasan masih perlu banyak berbenah. Hal itu dikatakan Bupati Sanggau, H. Setiman hadi Sudin belum lama ini.
Setiman tidak mengelak, jika masih banyak ditemukan ketimpangan-ketimpangan, khususnya jika dibandingkan dengan negara yang bersebelahan. Perbatasan saat ini, akunya, memang masih membutuhkan perhatian ekstra dari pemerintah dalam hal.
“Memang masalah transportasi ini menjadi kendala utama untuk mengakses kawasan perbatasan, namun secara bertahap akses jalan akan ditingkatkan. Jalan yang selama ini telah ada juga akan diupayakan jalan pararel antar kabupaten,” ujar Setiman.
Kesenjangan yang umumnya mencolok, dapat ditemukan, misalnya berupa masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun masalah pembangunan sarana dan prasarana dasar seperti transportasi. Kondisi transportasi yang sangat minim di perbatasan, mengakibatkan kawasan ini terkesan terisolir.
Tak hanya itu, persoalan lain yang juga menjadi faktor penentu ketertinggalan kawasan perbatasan. Diantaranya, menurut Setiman, juga diakibatkan dengan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang memiliki pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5,48% per tahun. Demikian juga halnya dengan pendidikan, rata-rata pendidikan masyarakat di perbatasan masih rendah yang akan berpengaruh kepada kualitas sumber daya manusianya (SDM).
Ditambah lagi dengan sarana dan prasarana pemukiman yang kurang memadai, bertambah lengkaplah gelar yang disandang daerah perbatasan sebagai daerah yang pantas untuk mendapatkan perioritas pembangunan. “Untuk itu pemerintah membuat program percepatan pembangunan di wilayah perbatasan agar dapat merubah kondisi perbatasan jadi lebih baik. Selama ini penyelenggaraan pembangunan dilakukan masih terkesan parsial sehingga kurang sinergis dan terpadu,” ujarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rabu, 30 Maret 2011
Pertumbuhan Ekonomi Perbatasan Baru Capai 5,48 % Pertahun
Sanggau-Seyogyanya, kawasan perbatasan merupakan halaman depan dan gerbang utama bagi Indonesia, namun kenyataan kondisi dilapangan, kawasan perbatasan masih perlu banyak berbenah. Hal itu dikatakan Bupati Sanggau, H. Setiman hadi Sudin belum lama ini.
Setiman tidak mengelak, jika masih banyak ditemukan ketimpangan-ketimpangan, khususnya jika dibandingkan dengan negara yang bersebelahan. Perbatasan saat ini, akunya, memang masih membutuhkan perhatian ekstra dari pemerintah dalam hal.
“Memang masalah transportasi ini menjadi kendala utama untuk mengakses kawasan perbatasan, namun secara bertahap akses jalan akan ditingkatkan. Jalan yang selama ini telah ada juga akan diupayakan jalan pararel antar kabupaten,” ujar Setiman.
Kesenjangan yang umumnya mencolok, dapat ditemukan, misalnya berupa masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun masalah pembangunan sarana dan prasarana dasar seperti transportasi. Kondisi transportasi yang sangat minim di perbatasan, mengakibatkan kawasan ini terkesan terisolir.
Tak hanya itu, persoalan lain yang juga menjadi faktor penentu ketertinggalan kawasan perbatasan. Diantaranya, menurut Setiman, juga diakibatkan dengan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang memiliki pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5,48% per tahun. Demikian juga halnya dengan pendidikan, rata-rata pendidikan masyarakat di perbatasan masih rendah yang akan berpengaruh kepada kualitas sumber daya manusianya (SDM).
Ditambah lagi dengan sarana dan prasarana pemukiman yang kurang memadai, bertambah lengkaplah gelar yang disandang daerah perbatasan sebagai daerah yang pantas untuk mendapatkan perioritas pembangunan. “Untuk itu pemerintah membuat program percepatan pembangunan di wilayah perbatasan agar dapat merubah kondisi perbatasan jadi lebih baik. Selama ini penyelenggaraan pembangunan dilakukan masih terkesan parsial sehingga kurang sinergis dan terpadu,” ujarnya.
Setiman tidak mengelak, jika masih banyak ditemukan ketimpangan-ketimpangan, khususnya jika dibandingkan dengan negara yang bersebelahan. Perbatasan saat ini, akunya, memang masih membutuhkan perhatian ekstra dari pemerintah dalam hal.
“Memang masalah transportasi ini menjadi kendala utama untuk mengakses kawasan perbatasan, namun secara bertahap akses jalan akan ditingkatkan. Jalan yang selama ini telah ada juga akan diupayakan jalan pararel antar kabupaten,” ujar Setiman.
Kesenjangan yang umumnya mencolok, dapat ditemukan, misalnya berupa masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun masalah pembangunan sarana dan prasarana dasar seperti transportasi. Kondisi transportasi yang sangat minim di perbatasan, mengakibatkan kawasan ini terkesan terisolir.
Tak hanya itu, persoalan lain yang juga menjadi faktor penentu ketertinggalan kawasan perbatasan. Diantaranya, menurut Setiman, juga diakibatkan dengan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang memiliki pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5,48% per tahun. Demikian juga halnya dengan pendidikan, rata-rata pendidikan masyarakat di perbatasan masih rendah yang akan berpengaruh kepada kualitas sumber daya manusianya (SDM).
Ditambah lagi dengan sarana dan prasarana pemukiman yang kurang memadai, bertambah lengkaplah gelar yang disandang daerah perbatasan sebagai daerah yang pantas untuk mendapatkan perioritas pembangunan. “Untuk itu pemerintah membuat program percepatan pembangunan di wilayah perbatasan agar dapat merubah kondisi perbatasan jadi lebih baik. Selama ini penyelenggaraan pembangunan dilakukan masih terkesan parsial sehingga kurang sinergis dan terpadu,” ujarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar