Sanggau-Pelayanan distribusi air bersih bermasalah di Sanggau, bukanlah hal yang baru untuk dipersoalkan. Tak kurang dari dua pekan terakhir ini, konsumsi air ledeng di Kabupaten itu sudah tidak mengalir lagi. Malahan, isu hangat yang justrus mengalir di tengah masyarakat kini, PDAM secara sengaja telah menyetop suplaynya itu, demi mendapatkan keuntungan berlipat dan lebih besar.
Untuk mendapatkan kebutuhan dasar itu misalnya, masyarakat mengaku terpaksa harus merogoh koceknya lagi, membeli air kepada pihak PDAM, seharga Rp. 75 ribu pertangkinya di luar iuran bulanan. Sedangkan mereka yang tidak mau/mampu beli, harus menunggu hujan turun dari langit untuk memenuhi tong-tongnya. Tentu saja “perlakukan khusus” itu mengundang banyak keluhan dan reaksi di masyarakat.
Bahkan beberapa sumber Borneo mengatakan, PDAM hanya mencari-cari alasan faktor eksternal, untuk tidak mengalirkan airnya seperti musim kemarau, pencemaran limbah, keterbatasan mesin, pipa dan sebagainya, untuk melegalkan praktik tersebut.
Direktur Utama PDAM Tirta Panjuraji Kabupaten Sanggau, Lukas Subardi ketika dikonfirmasi membenarkan adanya penjualan air dari pihak PDAM kepada masyarakat seharga Rp. 75 ribu/ tangki. Namun dirinya membantah jika pihaknya dituding secara sengaja telah melakukan penyetopan distribusi kepada masyarakat demi keuntungan materi.
“Memang ada kita jual kepada masyarakat seharga Rp. 75 ribu untuk setiap satu tangkinya, tapi itu untuk masyarakat yang tinggal di wilayah atau tempat-tempat tinggi, yang tidak terjangkau dari pipa PDAM, bukan untuk pelanggan, jadi isu itu tidak benar,” tegasnya saat dikonfirmasi via selulernya, Kamis (24/2).
Lukas mengaku terkejut, jika pihaknya dituduh telah memanfaatkan keadaan musim dan lain sebagainya itu, untuk memeras para pelanggannya yang tidak mampu dalam memperoleh kebutuhan air bersih PDAM. Bahkan dirinya mengaku akan memecat siapa saja bagi karyawannya yang kedapatan telah melakukan praktik tersebut.
“Kalau kedapatan, saya akan pecat, karyawan yang berani-berani melakukan itu, saya kontrol terus,” tegasnya lagi dengan nada tinggi.
Terkait air yang tidak mengalir selama dua pekan ini, seperti di beberapa tempat dan wilayah di Kecamatan Kapuas, sebut saja dibilangan Jalan Sultan Syahrir, Komplek Sanggau Permai, Tanjung Perintis, Jalan Kartini (pasar Kota Sanggau), Jalan Jendral Sudirman–sepeti yang diungkapkan salah seorang warga, Halil–atau bahkan di ruangan sekelas VIP di RSUD Sanggau sendiri, tidak ditemukan setetes air PDAM disitu.
“Sudah dua hari ini Mas. Tidak ada sama sekali,” ujar, Halil kepada Borneo yang ketika itu sedang menemani istrinya yang dirawat di ruang Dahlia kelas VIP RSUD Sanggau, pada hari yang sama.
Disamping juga terdapat beberapa masyarakat yang mengeluhkan kualitas air ledeng PDAM yang kotor, sehingga nyaris tidak dapat terpakai. “Bagaimanalah, kalau musim kemarau air tidak jalan, kalau musim hujan air kotor, sama juga,” keluh salah seorang warga di Jalan Jendral Sudirman, Frans.
Lukas menyatakan, memang pasokan air beberapa hari di beberapa tempat sempat tidak mengalir, dengan alasan bahwa air yang berada digunung habis. Namun sejak Kamis lalu, distribusi air sudah kembali normal.
“Bukan dua minggu, tapi satu minggu, tapi hari ini sudah ngalir, lancar airnya. Kemarin itu air yang digunung habis,” belanya.
Sementara itu, warga di Jalan Kartini, Konggo via selulernya membantah, jika air ledeng dirumahnya sudah mengalir. “Tidak, belum ngalir di rumah saya,” jawabnya usai mengkonfirmasi Lukas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Minggu, 27 Februari 2011
Air Tak Ngalir-PDAM Jual 75 Ribu Pertangki ke Warga
Sanggau-Pelayanan distribusi air bersih bermasalah di Sanggau, bukanlah hal yang baru untuk dipersoalkan. Tak kurang dari dua pekan terakhir ini, konsumsi air ledeng di Kabupaten itu sudah tidak mengalir lagi. Malahan, isu hangat yang justrus mengalir di tengah masyarakat kini, PDAM secara sengaja telah menyetop suplaynya itu, demi mendapatkan keuntungan berlipat dan lebih besar.
Untuk mendapatkan kebutuhan dasar itu misalnya, masyarakat mengaku terpaksa harus merogoh koceknya lagi, membeli air kepada pihak PDAM, seharga Rp. 75 ribu pertangkinya di luar iuran bulanan. Sedangkan mereka yang tidak mau/mampu beli, harus menunggu hujan turun dari langit untuk memenuhi tong-tongnya. Tentu saja “perlakukan khusus” itu mengundang banyak keluhan dan reaksi di masyarakat.
Bahkan beberapa sumber Borneo mengatakan, PDAM hanya mencari-cari alasan faktor eksternal, untuk tidak mengalirkan airnya seperti musim kemarau, pencemaran limbah, keterbatasan mesin, pipa dan sebagainya, untuk melegalkan praktik tersebut.
Direktur Utama PDAM Tirta Panjuraji Kabupaten Sanggau, Lukas Subardi ketika dikonfirmasi membenarkan adanya penjualan air dari pihak PDAM kepada masyarakat seharga Rp. 75 ribu/ tangki. Namun dirinya membantah jika pihaknya dituding secara sengaja telah melakukan penyetopan distribusi kepada masyarakat demi keuntungan materi.
“Memang ada kita jual kepada masyarakat seharga Rp. 75 ribu untuk setiap satu tangkinya, tapi itu untuk masyarakat yang tinggal di wilayah atau tempat-tempat tinggi, yang tidak terjangkau dari pipa PDAM, bukan untuk pelanggan, jadi isu itu tidak benar,” tegasnya saat dikonfirmasi via selulernya, Kamis (24/2).
Lukas mengaku terkejut, jika pihaknya dituduh telah memanfaatkan keadaan musim dan lain sebagainya itu, untuk memeras para pelanggannya yang tidak mampu dalam memperoleh kebutuhan air bersih PDAM. Bahkan dirinya mengaku akan memecat siapa saja bagi karyawannya yang kedapatan telah melakukan praktik tersebut.
“Kalau kedapatan, saya akan pecat, karyawan yang berani-berani melakukan itu, saya kontrol terus,” tegasnya lagi dengan nada tinggi.
Terkait air yang tidak mengalir selama dua pekan ini, seperti di beberapa tempat dan wilayah di Kecamatan Kapuas, sebut saja dibilangan Jalan Sultan Syahrir, Komplek Sanggau Permai, Tanjung Perintis, Jalan Kartini (pasar Kota Sanggau), Jalan Jendral Sudirman–sepeti yang diungkapkan salah seorang warga, Halil–atau bahkan di ruangan sekelas VIP di RSUD Sanggau sendiri, tidak ditemukan setetes air PDAM disitu.
“Sudah dua hari ini Mas. Tidak ada sama sekali,” ujar, Halil kepada Borneo yang ketika itu sedang menemani istrinya yang dirawat di ruang Dahlia kelas VIP RSUD Sanggau, pada hari yang sama.
Disamping juga terdapat beberapa masyarakat yang mengeluhkan kualitas air ledeng PDAM yang kotor, sehingga nyaris tidak dapat terpakai. “Bagaimanalah, kalau musim kemarau air tidak jalan, kalau musim hujan air kotor, sama juga,” keluh salah seorang warga di Jalan Jendral Sudirman, Frans.
Lukas menyatakan, memang pasokan air beberapa hari di beberapa tempat sempat tidak mengalir, dengan alasan bahwa air yang berada digunung habis. Namun sejak Kamis lalu, distribusi air sudah kembali normal.
“Bukan dua minggu, tapi satu minggu, tapi hari ini sudah ngalir, lancar airnya. Kemarin itu air yang digunung habis,” belanya.
Sementara itu, warga di Jalan Kartini, Konggo via selulernya membantah, jika air ledeng dirumahnya sudah mengalir. “Tidak, belum ngalir di rumah saya,” jawabnya usai mengkonfirmasi Lukas.
Untuk mendapatkan kebutuhan dasar itu misalnya, masyarakat mengaku terpaksa harus merogoh koceknya lagi, membeli air kepada pihak PDAM, seharga Rp. 75 ribu pertangkinya di luar iuran bulanan. Sedangkan mereka yang tidak mau/mampu beli, harus menunggu hujan turun dari langit untuk memenuhi tong-tongnya. Tentu saja “perlakukan khusus” itu mengundang banyak keluhan dan reaksi di masyarakat.
Bahkan beberapa sumber Borneo mengatakan, PDAM hanya mencari-cari alasan faktor eksternal, untuk tidak mengalirkan airnya seperti musim kemarau, pencemaran limbah, keterbatasan mesin, pipa dan sebagainya, untuk melegalkan praktik tersebut.
Direktur Utama PDAM Tirta Panjuraji Kabupaten Sanggau, Lukas Subardi ketika dikonfirmasi membenarkan adanya penjualan air dari pihak PDAM kepada masyarakat seharga Rp. 75 ribu/ tangki. Namun dirinya membantah jika pihaknya dituding secara sengaja telah melakukan penyetopan distribusi kepada masyarakat demi keuntungan materi.
“Memang ada kita jual kepada masyarakat seharga Rp. 75 ribu untuk setiap satu tangkinya, tapi itu untuk masyarakat yang tinggal di wilayah atau tempat-tempat tinggi, yang tidak terjangkau dari pipa PDAM, bukan untuk pelanggan, jadi isu itu tidak benar,” tegasnya saat dikonfirmasi via selulernya, Kamis (24/2).
Lukas mengaku terkejut, jika pihaknya dituduh telah memanfaatkan keadaan musim dan lain sebagainya itu, untuk memeras para pelanggannya yang tidak mampu dalam memperoleh kebutuhan air bersih PDAM. Bahkan dirinya mengaku akan memecat siapa saja bagi karyawannya yang kedapatan telah melakukan praktik tersebut.
“Kalau kedapatan, saya akan pecat, karyawan yang berani-berani melakukan itu, saya kontrol terus,” tegasnya lagi dengan nada tinggi.
Terkait air yang tidak mengalir selama dua pekan ini, seperti di beberapa tempat dan wilayah di Kecamatan Kapuas, sebut saja dibilangan Jalan Sultan Syahrir, Komplek Sanggau Permai, Tanjung Perintis, Jalan Kartini (pasar Kota Sanggau), Jalan Jendral Sudirman–sepeti yang diungkapkan salah seorang warga, Halil–atau bahkan di ruangan sekelas VIP di RSUD Sanggau sendiri, tidak ditemukan setetes air PDAM disitu.
“Sudah dua hari ini Mas. Tidak ada sama sekali,” ujar, Halil kepada Borneo yang ketika itu sedang menemani istrinya yang dirawat di ruang Dahlia kelas VIP RSUD Sanggau, pada hari yang sama.
Disamping juga terdapat beberapa masyarakat yang mengeluhkan kualitas air ledeng PDAM yang kotor, sehingga nyaris tidak dapat terpakai. “Bagaimanalah, kalau musim kemarau air tidak jalan, kalau musim hujan air kotor, sama juga,” keluh salah seorang warga di Jalan Jendral Sudirman, Frans.
Lukas menyatakan, memang pasokan air beberapa hari di beberapa tempat sempat tidak mengalir, dengan alasan bahwa air yang berada digunung habis. Namun sejak Kamis lalu, distribusi air sudah kembali normal.
“Bukan dua minggu, tapi satu minggu, tapi hari ini sudah ngalir, lancar airnya. Kemarin itu air yang digunung habis,” belanya.
Sementara itu, warga di Jalan Kartini, Konggo via selulernya membantah, jika air ledeng dirumahnya sudah mengalir. “Tidak, belum ngalir di rumah saya,” jawabnya usai mengkonfirmasi Lukas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar