Jumat, 15 Oktober 2010

Awasi Calok Darah di PMI

Fikri Akbar, Pontianak

Pejabat bagian Pengerahan Pelestari Danor Darah Sukarela (P2 D2S) PMI Kota Pontianak, Ismail, mengingatkan, bagi masyarakat atau keluarga pasien yang membutuhkan darah di PMI agar berhati-hati dan tidak terjebak ke dalam transaksi jual beli darah oleh para calok. Hal itu menyusul maraknya transaksi jual darah yang dilakukan oleh oknum calok disejumlah bank darah dan rumah sakit, tak terkecuali di PMI Kota Pontianak sendiri.

“Ya kita beri pemahaman terus kepada mereka (masyarakat), karena kita takut, jangan sampai mereka kena calok,” kata Ismail kepada wartawan belum lama ini.

Ismail menjelaskan, modus yang biasa digunakan oleh para calok ini, adalah dengan cara berpura-pura mendampingi keluarga pasien yang sedang kebingungan untuk mendapatkan darah di PMI, karena menurut Ismail, PMI tidak selalu memiliki persediaan darah yang cukup untuk memenuhi permintaan yang begitu banyak.

“Kita berusaha di PMI, jangan sampai kekosongan stok, tapi sampai saat ini, kita masih mampu untuk mencukupi keseluruhan kebutuhan. Kalau tidak ada (stok), kita beri pengertian kepada mereka (keluarga pasien). Tapi juga kita lihat, untuk hal-hal yang memang sifatnya sangat emergency, akan kita berikan,” katanya.

Para calok, cerita Ismail lagi, sangat pandai dan berbagai cara memainkan peranannya, karena pada umumnya, kata Ismail, setiap orang yang datang ke PMI, pasti butuh darah, ketika diketahui stok darah kosong di PMI, kemudian mendekati dan membujuk keluarga pasien dengan cara memberikan kemudahan.

“Mereka itu pandai, mendekati pasien, ada calok itu, mereka punya jaringan di rumah sakit. Bapak butuh darah apa? Darah O, tenang saya bisa bantu,” kata Ismail mencontohkan.

“Di situ mereka akan lakukan negosiasi, kalau keluarga pasien setuju, mereka jadi. Badgetnya bisa antara 300 sampai 500 ribu perkantong,” tambahnya.

Dalam hal ini, lanjut Ismail, PMI merasa dirugikan, karena menurut dia, calok inilah yang membuat adanya transaksi jual beli darah, padahal selama ini, darah yang didapatkan oleh masyarakat itu gratis. “Karena selama ini yang mereka bayar itu bukan darahnya, yang mereka bayar itu proses, yaitu biaya pengganti pengolahan darah. Biaya yang mereka bayar itu mulai dari kantongnya, konsumsinya, pemeriksaan penyakitnya habis pakainya, listrik ledengnya, itu yang dinamakan biaya pengganti pengolahan darah, jadi darahnya gratis, terangnya.


Masih kata Ismail, dari pihak PMI sebeanrnya sudah antisipasi dengan hadirnya para calok itu, dengan cara memberitahukan kepada masyarakat ketika stok kosong, dan tisdak jarang pula PMI memanggil calok yang bersangkutan untuk diperingatkan.

“Mereka kita panggil, kita kasi tahu, yang jelas PMI tidak mau di komplain. Walaupun masih banyak di PMI, sudah mulai kita tekanlah, jadi ya jangan bermain di PMI, kalau mau bermain diluar tanpa sepengetahuan kita, itu urusan mereka. Dan setiap ada keluarga pasien yang datang juga kita beritahu, kalau mereka mau cari darah, jangan sampai kena calok,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 15 Oktober 2010

Awasi Calok Darah di PMI

Fikri Akbar, Pontianak

Pejabat bagian Pengerahan Pelestari Danor Darah Sukarela (P2 D2S) PMI Kota Pontianak, Ismail, mengingatkan, bagi masyarakat atau keluarga pasien yang membutuhkan darah di PMI agar berhati-hati dan tidak terjebak ke dalam transaksi jual beli darah oleh para calok. Hal itu menyusul maraknya transaksi jual darah yang dilakukan oleh oknum calok disejumlah bank darah dan rumah sakit, tak terkecuali di PMI Kota Pontianak sendiri.

“Ya kita beri pemahaman terus kepada mereka (masyarakat), karena kita takut, jangan sampai mereka kena calok,” kata Ismail kepada wartawan belum lama ini.

Ismail menjelaskan, modus yang biasa digunakan oleh para calok ini, adalah dengan cara berpura-pura mendampingi keluarga pasien yang sedang kebingungan untuk mendapatkan darah di PMI, karena menurut Ismail, PMI tidak selalu memiliki persediaan darah yang cukup untuk memenuhi permintaan yang begitu banyak.

“Kita berusaha di PMI, jangan sampai kekosongan stok, tapi sampai saat ini, kita masih mampu untuk mencukupi keseluruhan kebutuhan. Kalau tidak ada (stok), kita beri pengertian kepada mereka (keluarga pasien). Tapi juga kita lihat, untuk hal-hal yang memang sifatnya sangat emergency, akan kita berikan,” katanya.

Para calok, cerita Ismail lagi, sangat pandai dan berbagai cara memainkan peranannya, karena pada umumnya, kata Ismail, setiap orang yang datang ke PMI, pasti butuh darah, ketika diketahui stok darah kosong di PMI, kemudian mendekati dan membujuk keluarga pasien dengan cara memberikan kemudahan.

“Mereka itu pandai, mendekati pasien, ada calok itu, mereka punya jaringan di rumah sakit. Bapak butuh darah apa? Darah O, tenang saya bisa bantu,” kata Ismail mencontohkan.

“Di situ mereka akan lakukan negosiasi, kalau keluarga pasien setuju, mereka jadi. Badgetnya bisa antara 300 sampai 500 ribu perkantong,” tambahnya.

Dalam hal ini, lanjut Ismail, PMI merasa dirugikan, karena menurut dia, calok inilah yang membuat adanya transaksi jual beli darah, padahal selama ini, darah yang didapatkan oleh masyarakat itu gratis. “Karena selama ini yang mereka bayar itu bukan darahnya, yang mereka bayar itu proses, yaitu biaya pengganti pengolahan darah. Biaya yang mereka bayar itu mulai dari kantongnya, konsumsinya, pemeriksaan penyakitnya habis pakainya, listrik ledengnya, itu yang dinamakan biaya pengganti pengolahan darah, jadi darahnya gratis, terangnya.


Masih kata Ismail, dari pihak PMI sebeanrnya sudah antisipasi dengan hadirnya para calok itu, dengan cara memberitahukan kepada masyarakat ketika stok kosong, dan tisdak jarang pula PMI memanggil calok yang bersangkutan untuk diperingatkan.

“Mereka kita panggil, kita kasi tahu, yang jelas PMI tidak mau di komplain. Walaupun masih banyak di PMI, sudah mulai kita tekanlah, jadi ya jangan bermain di PMI, kalau mau bermain diluar tanpa sepengetahuan kita, itu urusan mereka. Dan setiap ada keluarga pasien yang datang juga kita beritahu, kalau mereka mau cari darah, jangan sampai kena calok,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar