Sabtu, 30 Oktober 2010

Tingkat Baca Masyarakat Indonesia Jauh di Bawah UNESCO


Fikri Akbar, Pontianak

Deputi Pengembangan Perpustakaan Indonesia, Supriyanto menyatakan, bahwa tingkat baca bagi masyarakat Indonesia masih jauh dibawah standar rata-rata yang ditetapkan oleh UNESCO. Hal itu disampaikan Supriyanto disela-sela menghadiri pembukaan program Pencanangan Gerakan Kota Pontianak Membaca (GKPM) dan bazar buku murah di halaman kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Kota Pontianak, Jum’at (29/10).

Berdasarkan data yang diterimanya, bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, program UNESCO menetapkan 50 judul buku untuk dibaca persatu juta penduduk, sedangkan untuk negara maju, sedikitnya 500 judul buku untuk dibaca oleh persatu juta penduduknya.

“Di Republik ini, hanya ada sekitar 12 judul buku untuk persatu juta penduduk,” ujar Supriyanto.

Dan di Indonesia, katanya, terdapat sekitar tujuh ribu sampai sepuluh ribu judul buku. Dan setiap buku, lanjutnya, hanya dicetak rata-rata lima ribu exemplar saja. Dan lima ribu exemplar ini, katanya lagi, rata-rata akan habis terjual dalam waktu lima tahun.

“Artinya rata-rata, seribu buku pertahun, dibandingkan dengan 230 juta dari jumlah penduduk Indonesia, Innalilah,” katanya.

“Demikian juga dengan majalan dan surat kabar kita, masih jauh dibawah standar UNESCO. Itulah yang kadangkala kita merasa prihatin,” sesalnya.

Menurutnya, jika pemerintah ingin ikut serta dalam program mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui program Pencanangan Gerakan Kota Pontianak Membaca, perubahan harus dilakukan secara serius dan membaca bagi masyarakat memang harus “dipaksakan”.

“Membaca harus dipaksakan, agar itu dapat menjadi kebiasaan. Dan salah satu alasan kita kalah dengan negara tetangga di Asia, karena kita keterbatasan literasi dan keterbatasan kemampuan memaknai apa yang dibaca,” jelasnya.

Sementara itu, Walikota Pontianak, Paryadi belum bisa memastikan kapan target program Pencanangan Gerakan Kota Pontianak Membaca dapat itu dapat menumbuhkan minat baca masyarakat. Namun yang jelas, kata paryadi Pemkot tetaap berusaha akan memenuhi kebutuhan buku untuk masyarakat Kota Pontianak.
“Pertahun itu, kita anggarkan sekitar 300 juta rupiah, untuk pengadan buku,” ujar Paryadi.

Dalam keempatan itu, hadir Wakil Walikota Pontianak, Kepala Badan dan Kearsipan dan Dokumentasi Provinsi Kalbar beserta jajaran, Kepala Bidang, Camat dan Lurah Se-Kota Pontianak. Acara juga diramaika oleh anak-anak TK, PAUD, dan master dongeng Ryan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 30 Oktober 2010

Tingkat Baca Masyarakat Indonesia Jauh di Bawah UNESCO


Fikri Akbar, Pontianak

Deputi Pengembangan Perpustakaan Indonesia, Supriyanto menyatakan, bahwa tingkat baca bagi masyarakat Indonesia masih jauh dibawah standar rata-rata yang ditetapkan oleh UNESCO. Hal itu disampaikan Supriyanto disela-sela menghadiri pembukaan program Pencanangan Gerakan Kota Pontianak Membaca (GKPM) dan bazar buku murah di halaman kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Kota Pontianak, Jum’at (29/10).

Berdasarkan data yang diterimanya, bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, program UNESCO menetapkan 50 judul buku untuk dibaca persatu juta penduduk, sedangkan untuk negara maju, sedikitnya 500 judul buku untuk dibaca oleh persatu juta penduduknya.

“Di Republik ini, hanya ada sekitar 12 judul buku untuk persatu juta penduduk,” ujar Supriyanto.

Dan di Indonesia, katanya, terdapat sekitar tujuh ribu sampai sepuluh ribu judul buku. Dan setiap buku, lanjutnya, hanya dicetak rata-rata lima ribu exemplar saja. Dan lima ribu exemplar ini, katanya lagi, rata-rata akan habis terjual dalam waktu lima tahun.

“Artinya rata-rata, seribu buku pertahun, dibandingkan dengan 230 juta dari jumlah penduduk Indonesia, Innalilah,” katanya.

“Demikian juga dengan majalan dan surat kabar kita, masih jauh dibawah standar UNESCO. Itulah yang kadangkala kita merasa prihatin,” sesalnya.

Menurutnya, jika pemerintah ingin ikut serta dalam program mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui program Pencanangan Gerakan Kota Pontianak Membaca, perubahan harus dilakukan secara serius dan membaca bagi masyarakat memang harus “dipaksakan”.

“Membaca harus dipaksakan, agar itu dapat menjadi kebiasaan. Dan salah satu alasan kita kalah dengan negara tetangga di Asia, karena kita keterbatasan literasi dan keterbatasan kemampuan memaknai apa yang dibaca,” jelasnya.

Sementara itu, Walikota Pontianak, Paryadi belum bisa memastikan kapan target program Pencanangan Gerakan Kota Pontianak Membaca dapat itu dapat menumbuhkan minat baca masyarakat. Namun yang jelas, kata paryadi Pemkot tetaap berusaha akan memenuhi kebutuhan buku untuk masyarakat Kota Pontianak.
“Pertahun itu, kita anggarkan sekitar 300 juta rupiah, untuk pengadan buku,” ujar Paryadi.

Dalam keempatan itu, hadir Wakil Walikota Pontianak, Kepala Badan dan Kearsipan dan Dokumentasi Provinsi Kalbar beserta jajaran, Kepala Bidang, Camat dan Lurah Se-Kota Pontianak. Acara juga diramaika oleh anak-anak TK, PAUD, dan master dongeng Ryan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar