Fikri Akbar, Pontianak
Formula Anti Virus Dengue (Formavde) yang ditemukan oleh seorang pegawai Farmasi, Fahrul Lutfi pada pertengahan 2009 silam, diyakini dapat menekan jumlah angka kematian pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kalbar. Sebelumnya diketahui dari 2794 kasus yang terjadi di 2009, telah menelan sebanyak 59 korban jiwa.
“Seratus persen sangat optimis,” kata Lutfi saat dijumpai usai menjadi pembicara pada Halal Bihalal Kahmi di gedung Graha Dekopinwil Kalbar, Jalan Letjen Sutoyo, No. 125, Sabtu (9/10) kemarin.
Karena menurut Lutfi, selama ini, formulasi hasil racikan dari berbagai obat itu selalu sukses setiap diujikan kepada manusia dan belum mendapatkan keluhan. Karena , menurut Lutfi, formulasi itu diracik tidak sembarangan, prosesnya telah diujinya secara akurat melalui bahan-bahan yang memiliki stardar farmasi serta kaidah medik yang berlaku. Sehingga aman untuk dikonsumsi.
“Sampai saat ini, saya belum menemukan pasien yang gagal dalam pengobatan DBD, setiap kali diberikan langsung sembuh dalam hitungan jam. Kita orang farmasi, tentu memiliki standar-standarnya, kaidah-kaidahnya,” kata Asisten Apoteker yang telah bekerja selama 13 tahun Farmasi itu.
Sebagai asisten yang telah bekerja lama di Farmasi, Lutfi bahkan mengklaim, bahwa obat yang dicampur-campurnya itu tidak memiliki efek samping. Bahkan dirinya mengaku siap bertanggungjawab jika dikemudia hari terdapat hal-hal yang tidak dinginkan terjadi.
“Obat yang saya racik itu, obat-obatan yang ada di pasar, artinya, obat-obat yang dirilis dan terjamin keamanannya, karena saya asisten apoteker, jadi saya tahu mana obat yang tidak boleh dicampur dan mana obat yang boleh, bukan sembarang campur, saya paham,” kata dia.
“Saya akan bertanggungjawab secara penuh, dan saya jamin aman seratus persen, tapi bagaimanapun ini tetap harus dilaukan uji secara ilmiah,” jelasnya.
Meskipun Formavde itu dapat dikonsumsi dengan baik, namun Lutfi tetap berharap kepada pemerintah daerah, kota dan provinsi, agar obat hasli temuannya itu dapat segera dipatenkan secara resmi, sehingga dapat dikonsumsi oleh masyrakat luas.
“Memang tidak ada masalah dengan kualitas, rekomendasi sudah dari Dinkes Kota Pontinak, cuman obat itukan harus punya standar, obat jadi namanya, cara pembuatannyapun harus memenuhi GMP (Good Manufacturing Practice) harus memenuhi standar ISO, dan harus memenuhi aturan-aturan lainnya dari Departemen Kesehatan dalam hal ini Balai POM,” kata dia.
“Saya sebetulnya, memang dari sejak awal meminta dukungan kepada pemerintah daerah, baik kota maupun provinsi agar obat ini segera dipatenkan, sehingga bisa digunakan secara formal,” kata dia.
Disamping itu, Lutfi juga mengatakan, bahwa dirinya akan melakukan kerjasama kepada pihak puskesmas, rumah-rumah sakit terutama Soedarso khususnya dalam hal penanggulangan kasus DBD yang telah menelan korban cukup banyak, setelah temuannya tersebut mendapat sertifikasi resmi dari pihak yang bersangkutan.
“Kerjasama sih belum ada ya, itulah makanya kita mengharapkan dukungan dari pemerintah, Intinya Formade ini bisa segera digunakan untuk menyelamatkan pasien-pasien yang sekarang ini sedang berjatuhan. Sehingga dapat menolong minimal bisa menolong pasien di Soedarso, karena ini menyangkut masalah nyawa manusia,” tutupnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumat, 15 Oktober 2010
Lutfi Yakini Formavde Bisa Tekan Angka Kematian DBD Hanya Perlu Dukungan Dari Pemda Untuk Dipatenkan
Fikri Akbar, Pontianak
Formula Anti Virus Dengue (Formavde) yang ditemukan oleh seorang pegawai Farmasi, Fahrul Lutfi pada pertengahan 2009 silam, diyakini dapat menekan jumlah angka kematian pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kalbar. Sebelumnya diketahui dari 2794 kasus yang terjadi di 2009, telah menelan sebanyak 59 korban jiwa.
“Seratus persen sangat optimis,” kata Lutfi saat dijumpai usai menjadi pembicara pada Halal Bihalal Kahmi di gedung Graha Dekopinwil Kalbar, Jalan Letjen Sutoyo, No. 125, Sabtu (9/10) kemarin.
Karena menurut Lutfi, selama ini, formulasi hasil racikan dari berbagai obat itu selalu sukses setiap diujikan kepada manusia dan belum mendapatkan keluhan. Karena , menurut Lutfi, formulasi itu diracik tidak sembarangan, prosesnya telah diujinya secara akurat melalui bahan-bahan yang memiliki stardar farmasi serta kaidah medik yang berlaku. Sehingga aman untuk dikonsumsi.
“Sampai saat ini, saya belum menemukan pasien yang gagal dalam pengobatan DBD, setiap kali diberikan langsung sembuh dalam hitungan jam. Kita orang farmasi, tentu memiliki standar-standarnya, kaidah-kaidahnya,” kata Asisten Apoteker yang telah bekerja selama 13 tahun Farmasi itu.
Sebagai asisten yang telah bekerja lama di Farmasi, Lutfi bahkan mengklaim, bahwa obat yang dicampur-campurnya itu tidak memiliki efek samping. Bahkan dirinya mengaku siap bertanggungjawab jika dikemudia hari terdapat hal-hal yang tidak dinginkan terjadi.
“Obat yang saya racik itu, obat-obatan yang ada di pasar, artinya, obat-obat yang dirilis dan terjamin keamanannya, karena saya asisten apoteker, jadi saya tahu mana obat yang tidak boleh dicampur dan mana obat yang boleh, bukan sembarang campur, saya paham,” kata dia.
“Saya akan bertanggungjawab secara penuh, dan saya jamin aman seratus persen, tapi bagaimanapun ini tetap harus dilaukan uji secara ilmiah,” jelasnya.
Meskipun Formavde itu dapat dikonsumsi dengan baik, namun Lutfi tetap berharap kepada pemerintah daerah, kota dan provinsi, agar obat hasli temuannya itu dapat segera dipatenkan secara resmi, sehingga dapat dikonsumsi oleh masyrakat luas.
“Memang tidak ada masalah dengan kualitas, rekomendasi sudah dari Dinkes Kota Pontinak, cuman obat itukan harus punya standar, obat jadi namanya, cara pembuatannyapun harus memenuhi GMP (Good Manufacturing Practice) harus memenuhi standar ISO, dan harus memenuhi aturan-aturan lainnya dari Departemen Kesehatan dalam hal ini Balai POM,” kata dia.
“Saya sebetulnya, memang dari sejak awal meminta dukungan kepada pemerintah daerah, baik kota maupun provinsi agar obat ini segera dipatenkan, sehingga bisa digunakan secara formal,” kata dia.
Disamping itu, Lutfi juga mengatakan, bahwa dirinya akan melakukan kerjasama kepada pihak puskesmas, rumah-rumah sakit terutama Soedarso khususnya dalam hal penanggulangan kasus DBD yang telah menelan korban cukup banyak, setelah temuannya tersebut mendapat sertifikasi resmi dari pihak yang bersangkutan.
“Kerjasama sih belum ada ya, itulah makanya kita mengharapkan dukungan dari pemerintah, Intinya Formade ini bisa segera digunakan untuk menyelamatkan pasien-pasien yang sekarang ini sedang berjatuhan. Sehingga dapat menolong minimal bisa menolong pasien di Soedarso, karena ini menyangkut masalah nyawa manusia,” tutupnya.
Formula Anti Virus Dengue (Formavde) yang ditemukan oleh seorang pegawai Farmasi, Fahrul Lutfi pada pertengahan 2009 silam, diyakini dapat menekan jumlah angka kematian pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kalbar. Sebelumnya diketahui dari 2794 kasus yang terjadi di 2009, telah menelan sebanyak 59 korban jiwa.
“Seratus persen sangat optimis,” kata Lutfi saat dijumpai usai menjadi pembicara pada Halal Bihalal Kahmi di gedung Graha Dekopinwil Kalbar, Jalan Letjen Sutoyo, No. 125, Sabtu (9/10) kemarin.
Karena menurut Lutfi, selama ini, formulasi hasil racikan dari berbagai obat itu selalu sukses setiap diujikan kepada manusia dan belum mendapatkan keluhan. Karena , menurut Lutfi, formulasi itu diracik tidak sembarangan, prosesnya telah diujinya secara akurat melalui bahan-bahan yang memiliki stardar farmasi serta kaidah medik yang berlaku. Sehingga aman untuk dikonsumsi.
“Sampai saat ini, saya belum menemukan pasien yang gagal dalam pengobatan DBD, setiap kali diberikan langsung sembuh dalam hitungan jam. Kita orang farmasi, tentu memiliki standar-standarnya, kaidah-kaidahnya,” kata Asisten Apoteker yang telah bekerja selama 13 tahun Farmasi itu.
Sebagai asisten yang telah bekerja lama di Farmasi, Lutfi bahkan mengklaim, bahwa obat yang dicampur-campurnya itu tidak memiliki efek samping. Bahkan dirinya mengaku siap bertanggungjawab jika dikemudia hari terdapat hal-hal yang tidak dinginkan terjadi.
“Obat yang saya racik itu, obat-obatan yang ada di pasar, artinya, obat-obat yang dirilis dan terjamin keamanannya, karena saya asisten apoteker, jadi saya tahu mana obat yang tidak boleh dicampur dan mana obat yang boleh, bukan sembarang campur, saya paham,” kata dia.
“Saya akan bertanggungjawab secara penuh, dan saya jamin aman seratus persen, tapi bagaimanapun ini tetap harus dilaukan uji secara ilmiah,” jelasnya.
Meskipun Formavde itu dapat dikonsumsi dengan baik, namun Lutfi tetap berharap kepada pemerintah daerah, kota dan provinsi, agar obat hasli temuannya itu dapat segera dipatenkan secara resmi, sehingga dapat dikonsumsi oleh masyrakat luas.
“Memang tidak ada masalah dengan kualitas, rekomendasi sudah dari Dinkes Kota Pontinak, cuman obat itukan harus punya standar, obat jadi namanya, cara pembuatannyapun harus memenuhi GMP (Good Manufacturing Practice) harus memenuhi standar ISO, dan harus memenuhi aturan-aturan lainnya dari Departemen Kesehatan dalam hal ini Balai POM,” kata dia.
“Saya sebetulnya, memang dari sejak awal meminta dukungan kepada pemerintah daerah, baik kota maupun provinsi agar obat ini segera dipatenkan, sehingga bisa digunakan secara formal,” kata dia.
Disamping itu, Lutfi juga mengatakan, bahwa dirinya akan melakukan kerjasama kepada pihak puskesmas, rumah-rumah sakit terutama Soedarso khususnya dalam hal penanggulangan kasus DBD yang telah menelan korban cukup banyak, setelah temuannya tersebut mendapat sertifikasi resmi dari pihak yang bersangkutan.
“Kerjasama sih belum ada ya, itulah makanya kita mengharapkan dukungan dari pemerintah, Intinya Formade ini bisa segera digunakan untuk menyelamatkan pasien-pasien yang sekarang ini sedang berjatuhan. Sehingga dapat menolong minimal bisa menolong pasien di Soedarso, karena ini menyangkut masalah nyawa manusia,” tutupnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar