Jumat, 15 Oktober 2010

Tidak Ada Langkah Khusus Dari Pemkot, Antisipasi Penyakit Pasca Banjir harus dilakukan Masyarakat Sendiri

Fikri Akbar, Pontianak

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Multi Juto Bhatarendro menegaskan tidak ada langkah khusus yang akan dilakukan Pemkot, terkait persiapan kemungkinan timbulnya banyak penyakit paska banjir yang melanda Kota Pontianak sepekan terakhir ini. Sebaliknya, kata Multi, antisipasi harus dilakukan oleh masyarakat masing-masing

“Nggak ada. Karena banjir di Pontianak kan tidak sampai seminggu, tidak seperti di Jakarta, atau disambas. Kita 1 kali 24 jam saja sudah hilang. Tapi kalau banjirnya stagnan sih tidak masalah, tapi begitu mulai mereda, itu kotorannya masuk ke rumah, masuk kecoa, tikus termasuk cacing dan lain-lain itu yang bersembunyi dirumah, saya rasa itu yang harus diwaspadai, karena salahsatu factor pembawa penyakit, itu. Jadi saya pikir kebersihan rumah itu menjadi utama pada saat selesainya banjir,” ujar Multi kepada wartawan di Pontianak, Senin (27/9).

Meski tidak ada langkah khusus maupun pembentukan tim khusus kedokteran dalam antisipasi penangan wabah penyakit paska banjir, kata Multi, Dinkes tetap akan menjalankan prosedur tetap yang telah dijadwalkan.

“Badan Penanggulangan Bencana kan sudah ada, kemudian dilihat sektor-sektor mana yang berperan, misalnya waspada atau siaga satu sudah ditentukan mereka, kita nimbrung dalam satu tim itu, tim kesehatan kitapun sudah ada protapnya, early warning system namanya,” terangnya.

Tim yang memang sudah ada itu bekerja untuk mendeteksi dan melakukan penelitian epidemologis terkait penyakit-penyakit berbahaya dan menular. Dan dia juga berharap partisipasi masyarakat untuk melaporkan segera kepihak Dinkes, jika menemukan kejadian-kejadian janggal di lapangan, semisal gejala demam berdarah dan lain-lain.

“Sekali lagi, Kalau ada kecenderungan wabah, Dinas Kesehatan harus turun untuk melakukan penyelidikan epidemologi, mengumpulkan data masalah lingkungan dan prilaku disitu, kita lakukan penyuluhan, inilah langkah-langkah protap yang tetap dilakukan. Sehingga partisipasi masyarakat itu, jika ada gejala-gejala penyakit, cepat kasi tahu, karena mempercepat diketahuinya suatu gejala penyakit, khusunya demam di suatu daerah, itu mempercepat penanganan dari Dinas Kesehatan dengan jaringannya, khususnya puskesmas pembantu, jadi bisa ketangkap oleh kita, sebabnya apa,” jelasnya.

Dengan kondisi curah hujan yang tinggi seperti sekarang ini, serta ketersedian air yang melimpah, kata Multi, jika dapat dimanfaatkan dengan benar oleh masyarakat, itu cukup membantu untuk mengurangi terjadinya diare, apalagi ditambah dengan air kemasan dan air depot (air isi ulang). Karena katanya, dengan air yang banyak, ketersediaan air yang ketersediaan MCK dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari lebih terpenuhi.
“Kalau tidak ada air, nah ini yang memang agak rawan, kalau hujannya sekali tapi kekosongannya seminggu atau dua minggu, akan menimbulkan penyakit diare dan beberapa penyakit yang lain, tapi disisi lain dengan adanya air yang melimpah, kalau dipakai terus oleh masyarakat di tempat di penampungan air, yang menjadi masalah kalau dibiarkan sebagai tempat menyimpan air saja, dari situlah banyak tanda-tandanya akan banyak bertelurnya nyamuk khususnya nyamuk demam berdarah,” paparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 15 Oktober 2010

Tidak Ada Langkah Khusus Dari Pemkot, Antisipasi Penyakit Pasca Banjir harus dilakukan Masyarakat Sendiri

Fikri Akbar, Pontianak

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Multi Juto Bhatarendro menegaskan tidak ada langkah khusus yang akan dilakukan Pemkot, terkait persiapan kemungkinan timbulnya banyak penyakit paska banjir yang melanda Kota Pontianak sepekan terakhir ini. Sebaliknya, kata Multi, antisipasi harus dilakukan oleh masyarakat masing-masing

“Nggak ada. Karena banjir di Pontianak kan tidak sampai seminggu, tidak seperti di Jakarta, atau disambas. Kita 1 kali 24 jam saja sudah hilang. Tapi kalau banjirnya stagnan sih tidak masalah, tapi begitu mulai mereda, itu kotorannya masuk ke rumah, masuk kecoa, tikus termasuk cacing dan lain-lain itu yang bersembunyi dirumah, saya rasa itu yang harus diwaspadai, karena salahsatu factor pembawa penyakit, itu. Jadi saya pikir kebersihan rumah itu menjadi utama pada saat selesainya banjir,” ujar Multi kepada wartawan di Pontianak, Senin (27/9).

Meski tidak ada langkah khusus maupun pembentukan tim khusus kedokteran dalam antisipasi penangan wabah penyakit paska banjir, kata Multi, Dinkes tetap akan menjalankan prosedur tetap yang telah dijadwalkan.

“Badan Penanggulangan Bencana kan sudah ada, kemudian dilihat sektor-sektor mana yang berperan, misalnya waspada atau siaga satu sudah ditentukan mereka, kita nimbrung dalam satu tim itu, tim kesehatan kitapun sudah ada protapnya, early warning system namanya,” terangnya.

Tim yang memang sudah ada itu bekerja untuk mendeteksi dan melakukan penelitian epidemologis terkait penyakit-penyakit berbahaya dan menular. Dan dia juga berharap partisipasi masyarakat untuk melaporkan segera kepihak Dinkes, jika menemukan kejadian-kejadian janggal di lapangan, semisal gejala demam berdarah dan lain-lain.

“Sekali lagi, Kalau ada kecenderungan wabah, Dinas Kesehatan harus turun untuk melakukan penyelidikan epidemologi, mengumpulkan data masalah lingkungan dan prilaku disitu, kita lakukan penyuluhan, inilah langkah-langkah protap yang tetap dilakukan. Sehingga partisipasi masyarakat itu, jika ada gejala-gejala penyakit, cepat kasi tahu, karena mempercepat diketahuinya suatu gejala penyakit, khusunya demam di suatu daerah, itu mempercepat penanganan dari Dinas Kesehatan dengan jaringannya, khususnya puskesmas pembantu, jadi bisa ketangkap oleh kita, sebabnya apa,” jelasnya.

Dengan kondisi curah hujan yang tinggi seperti sekarang ini, serta ketersedian air yang melimpah, kata Multi, jika dapat dimanfaatkan dengan benar oleh masyarakat, itu cukup membantu untuk mengurangi terjadinya diare, apalagi ditambah dengan air kemasan dan air depot (air isi ulang). Karena katanya, dengan air yang banyak, ketersediaan air yang ketersediaan MCK dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari lebih terpenuhi.
“Kalau tidak ada air, nah ini yang memang agak rawan, kalau hujannya sekali tapi kekosongannya seminggu atau dua minggu, akan menimbulkan penyakit diare dan beberapa penyakit yang lain, tapi disisi lain dengan adanya air yang melimpah, kalau dipakai terus oleh masyarakat di tempat di penampungan air, yang menjadi masalah kalau dibiarkan sebagai tempat menyimpan air saja, dari situlah banyak tanda-tandanya akan banyak bertelurnya nyamuk khususnya nyamuk demam berdarah,” paparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar